Geger takhta Keraton Kasepuhan ini bermula dari beredarnya sebuah video sekelompok orang yang mengaku keturunan dari Sultan Sepuh Ke-XI. Video berdurasi 1 menit 10 detik itu viral di media sosial dan aplikasi chat berantai. Dalam video itu, salah seorang di antaranya berbicara tegas terkait dengan pengambil alihan kekuasaan Kesultanan Kasepuhan dari Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
“Kami keturunan asli dari Sultan XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, menyatakan ingin mengambil alih kekuasaan Keraton Kesepuhan dari tangan kekuasaan Saudara Arief,” ujar seseorang yang belakangan diketahui bernama Rahardjo Djali. Video tersebut diambil pada Sabtu (27/6) dan baru beredar luas pada Minggu pagi (28/6).
Dalam video lain, Rahardjo juga menggembok bangunan Dalem Arum yang merupakan tempat Sultan Sepuh biasa menerima tamu dan menjamu tamu-tamu penting. Tak hanya itu, Rahardjo juga menurunkan foto Sultan Arief dan istri. Dari aksi Rahardjo, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat kemudian merilis pernyataan resmi dan menyatakan ada rencana melakukan pengaduan ke pihak kepolisian.
Tapi Rahardjo Djali tak gentar. Ia menegaskan tak melakukan tindakan melawan hukum sebagaimana yang disebutkan dalam keterangan resmi Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. Kalau pun akhirnya Sultan Arief jadi melapor ke kepolisian, Rahardjo menyatakan siap menghadapinya.
“Kami bagaimana pun juga adalah trah asli dari Syekh Syarief Hidayatullah Gunung Jati. Kami siap menghadapi itu. Apapun yang akan diambil saudara Arief (Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, red), kami tidak akan mundur. Karena ini terjadi sudah berpuluh-puluh tahun. Karena ini sudah menjadi tugas kami untuk kembali meluruskan sejarah yang ada dan menempatkan Keraton Kasepuhan di tempat yang sesungguhnya,” tandas Rahardjo kepada Radar, Senin (29/6).
Ia menegaskan tidak memiliki ambisi untuk menjadi sultan di Keraton Kasepuhan. Tindakan yang dilakukan saat ini, sambung Raharadjo, semata untuk meluruskan sejarah terkait siapa sebenarnya yang berhak atas takhta Keraton Kasepuhan. “Secara pribadi saya tidak punya ambisi menjadi sultan. Jadi jangan beranggapan aksi saya itu ingin jadi sultan. Kami melakukan tindakan tersebut bermaksud meluruskan sejarah yang sudah dibelokkan,” katanya.