Sementara itu, Putra Mahkota Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Luqman Zulkaedin SH MKn dalam prosesi pelepasan, menyampaikan ucapan terima kasih yang begitu besar dari keluarga besar Keraton Kasepuhan yang selama ini telah memberikan bantuan selama Sultan Sepuh XIV hidup dan memimpin.
Selain itu, pihaknya juga memohon maaf atas kekhilafan dan kesalahan selama Sultan Sepuh XIV hidup dan memimpin Keraton Kasepuhan. “Kami juga mengajak seluruh warga dan pemerintah, sepeninggal beliau, tetap mempertahankan adat tradisi dan cagar budaya sebagaimana menjadi perhatian sultan selama ini,” ucapnya.
Sultan Sepuh XIV Arief Natadiningrat kemudian diberangkatkan ke Komplek Pemakaman Astana Gunung Sembung.
DIANTAR RIBUAN WARGA
Tepat sekitar pukul 15.30 WIB, iring-iringan pengantar jenazah Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat SE tiba di komplek makam Gunung Sembung, Kecamatan Gunung Jati. Kedatangan jenazah diantar ribuan warga.
Lalu lintas di akses jalan utama menuju komplek Makam Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, sejak pagi sudah mulai lengang. Sejumlah petugas dari Kepolisian dan TNI sudah mulai memasang barikade untuk menyekat pengunjung dengan kendaraan roda empat yang masuk ke dalam area komplek pemakaman.
Sultan Sepuh XIV dimakamkan di komplek makam pintu keempat berdampingan dengan makam Sultan Sepuh XIII, dan satu makam lainnya yang disebut oleh Juru Kunci tempat tersebut sebagai makam kerabat keraton lainnya.
“Ini yang sebelahnya makam orangtuanya atau Sultan Sepuh XIII. yang sebelahnya makam kerabat lainnya,” imbuh Sofyan, salah seorang juru kunci yang ditemui Radar, kemarin.
Menurutnya, selain posisi jenazah yang harus ditandu dari keraton, prosesi adat lainnya adalah tandu jenazah akan diangkat oleh para juru kunci saat masuk komplek Makam Gunung Sembung.
“Jadi oleh pengantar hanya sampai pintu. Setelah masuk keranda jenazah akan diangkat oleh rombongan juru kunci,” imbuhnya.
Prosesi lainnya yang selalu ada di saat pemakaman keluarga-keluarga keraton adalah disemayamkannya jenazah keluarga keraton di Bale Pelayonan sebelum dibawa masuk melewati Lawang Gede tempat peristirahatan terakhir. Bale Pelayonan sendiri berupa bangunan seperti saung berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu jati. (awr/dri)