Korsel Resesi, Indonesia Untung

Korsel Resesi, Indonesia Untung
RESESI: Pedagang mata uang menonton monitor di ruang transaksi valuta asing dari kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis (23/7). Korsel akhirnya masuk ke jurang resesi karena merosotnya ekspor akibat krisis pandemi Covid-19. FOTO:AFP
0 Komentar

JAKARTA – Korea Selatan akhirnya masuk ke jurang resesi setelah ekonomi di kuartal II 2020 mengalami kontraksi, dengan merosotnya ekspor yang tajam akibat krisis pandemi Covid-19.
Dikutip dari Trading Economics, Bank Korea pada Kamis (23/7) menyatakan, bahwa ekonomi negara menyusut dengan penyesuaian musiman sebanyak 3,3 persen pada Juni dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998.
Kegiatan ekspor barang dan jasa yang menyumbang hampir 40 persen perekonomian anjlok 16,6%, terburuk sejak kuartal terakhir 1963. Sementara secara tahunan, PDB negara ini di kuartal-II minus 2,9% dari periode yang sama tahun lalu. Namun YoY, ekonomi masih tumbuh di kuartal-I 1,4%.
Dengan demikian, negara ekonomi terbesar keempat di Asia itu menyusul Jepang, Thailand, dan Singapura yang sudah lebih dulu mengalami resesi teknikal atau kemerosotan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
Walaupun begitu, analis dan pembuat kebijakan Korea Selatan mengatakan, bahwa pihaknya berupaya untuk melakukan pemulihan ekonomi yang memungkinkan dan lebih cepat dibanding dengan negara-negara lain di kawasan.
“Memungkinkan bagi kita untuk rebound seperti China pada kuartal ketiga selagi pandemi melambat serta aktivitas produksi di luar negeri, sekolah, dan rumah sakit yang kembali berjalan,” ujar Menteri Keuangan Korea Selatan, Hong Nam-ki.
Menurut Nam-ki, data itu merujuk pada perekonomian Cina yang kembali tumbuh pada kuartal kedua usai terperosok tajam selama kuartal pertama karena menjadi episentrum awal wabah Covid-19.
Pemerintah telah menggelontorkan stimulus ekonomi sekitar 277 triliun won (setara Rp 3.374 triliun) sejauh ini. Namun, pembuat kebijakan tak cukup mampu mengendalikan permintaan global terhadap ekspor dalam negeri.
“Bagian terburuk nampaknya telah usai. Base effect dan pembiayaan fiskal dari anggaran tambahan akan meningkatkan investasi,” kata Park Sung-hyun, analis dari perusahaan HI Investment & Securities.
Untuk keseluruhan selama 2020, analis memperkirakan perekonomian akan turun rata-rata 0,4 persen, namun Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan kontraksi yang bahkan lebih dari 2,1 persen.
Pekan lalu, gubernur Bank Korea menyebut, bahwa revisi yang lebih besar dari proyeksi 0,2 persen yang dinyatakan sebelumnya untuk penurunan ekonomi 2020 sebagai hal yang tidak dapat dihindari.

0 Komentar