ANJATAN-Di tengah kelangkaan pupuk urea bersubsidi, petani di Desa Lempuyang, Kecamatan Anjatan tak mau pasrah.
Mereka memilih ikhtiar mengantisipasi ancaman gagal panen dari masalah klasik lainnya yakni kekeringan.
Bersama jajaran Pemerintah Desa Lempuyang, merekapun ramai-ramai bergotong royong melakukan normalisasi saluran irigasi di wilayahnya.
Normalisasi menyasar gorong-gorong air yang mampet di lokasi persawahan Blok Soga. Kemudian, memperbaiki talang air di area sawah Gambiran serta pengurasan saluran irigasi ST Penanggul.
Sebanyak 22 petani dlibatkan dalam aksi yang dipimpin Kuwu Desa Lempuyang, Taufik Hidayat.
Tak bisa dimasuki alat berat, pengurasan dilakukan dengan cara manual. Semak belukar dan pohon-pohon liar yang dianggap bakalan menghambat aliran air terpaksa ditebang menggunakan parang atau golok.
“Yang mampet kita lancarkan. Yang bocor-bocor ditambal. Supaya aliran air lancar ke sawah petani,” kata Kuwu Taufik Hidayat, Selasa (11/8).
Pemeliharaan saluran irigasi ini rutin dilakukan. Setiap datangnya musim tanam, rendeng maupun gadu. Demi terpasoknya kebutuhan air untuk seluas 400 hektare areal persawahan di Desa Lempuyang. Apalagi kondisi saluran irigasi kerap mengalami pendangkalan dan dipenuhi semak belukar sehingga berdampak pada kelancaran aliran air.
Walau diakui Kuwu Taufik, masalah petani pada musim tanam gadu tahun ini terasa lebih berat. Dipicu kelangkaan pupuk urea bersubsidi. Dari 400 hektare sawah, baru sekitar setengahnya yang sudah melakukan pemupukan pertama.
“Mudah-mudahan pupuk urea bersubsidi tersedia lagi. Saya yakin pemerintah lagi mencari solusinya. Sembari itu kami melaksanakan gorol normalisasi saluran air,” tandasnya. (kho)