KUNINGAN – Selain mengalami kesulitan air bersih, kekeringan akibat kemarau tahun ini juga menyebabkan belasan hektare sawah di Desa Simpayjaya, Kecamatan Karangkancana, mengalami gagal panen atau puso.
Seperti diungkapkan Karsidi, salah satu petani di Desa Simpayjaya, terpaksa memanen dini tanaman padinya meskipun belum masanya. Hasilnya pun praktis tidak memuaskan, bahkan jauh dari harapan.
“Idealnya dua minggu lagi ini bisa panen. Tapi karena kekeringan, jadi terpaksa panen dini,” ujar Karsidi kepada Radar, kemarin.
Karsidi menyebutkan, dari lahan pertanian seluas 300 bata miliknya pada saat musim normal bisa menghasilkan 15 kuintal gabah sekali panen. Tapi sekarang, hanya sekitar 5 kuintal saja. “Itu pun kualitas beras yang dihasilkan kurang bagus seperti ‘beunyeur’ atau menir,” ujar Karsidi.
Dikatakan Karsidi, tahun ini yang mengalami panen bukanlah petani melainkan ternak sapi. Banyak petani yang membiarkan sawahnya mengering dan menjadi padang rumput untuk pakan sapi-sapi ternaknya.
“Kalaupun dipanen hanya untuk memanfaatkan jeraminya untuk pakan ternak sapi. Sedangkan gabah yang dihasilkan pun hanya untung-untungan saja,” ujarnya.
Atas kondisi ini, Karsidi dan petani lain praktis mengalami kerugian cukup besar. Jerih payah dan biaya yang dikeluarkan petani mulai dari menggarap lahan, bibit, menaman hingga pupuk ternyata tidak sebanding dengan yang dihasilkan.
“Jangankan untung. Untuk nutup modal saja tidak sampai,” ujar Karsidi.
Kondisi ini dibenarkan Kadus II Desa Simpayjaya Karsad yang memperkirakan gagal panen atau puso di desanya mencapai 2/3 lahan pertanian yang ada. Khusus di Dusun II saja, kata Karsad, dari total 18 hektare lahan pertanian, hampir semuanya mengalami gagal panen.
“Karena lahan pertanian di sini sebagian besar adalah tadah hujan yang hanya mendapatkan pengairan saat musim hujan saja. Saat kemarau sekarang otomatis tidak ada pengairan dan banyak lahan pertanian yang kering dan gagal panen,” ujar Karsad.
Petani di Desa Simpayjaya, kata Karsad, selalu memanfaatkan setiap terjadi hujan untuk langsung bercocok tanam. Diduga, pada musim tanam kemarin banyak petani yang salah perhitungan dan tidak melihat kondisi perubahan musim sehingga pada saat tanaman padi mulai berbulir ternyata sudah memasuki musim kemarau.