Perhatian terhadap pencegahan penularan Covid-19 nampaknya perlu ditingkatkan. Salah satunya dengan selalu mencuci tangan setelah bersentuhan atau memegang benda asing. Namun sayangnya, keberadaan fasilitas ini mulai terabaikan.
DI tengah pandemi covid-19, keberadaan tempat mencuci tangan di tempat umum sangat diperlukan. Hal itu juga menjadi kewajiban pemerintah dan pengelola tempat usaha untuk menyediakannya. Tentunya untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk ketat melaksanakan protokol kesehatan.
Berdasarkan pantauan Radar Cirebon di sejumlah pasar tradisional di Kota Cirebon, keberadaan tempat cuci tangan memang telah memadai. Rata rata memiliki 4-5 tempat cuci tangan. Tata letaknya pun cukup baik. Berada di depan gerbang masuk utama. Pengunjung dan pembeli yang datang bisa langsung mencuci tangan sebelum beraktivitas.
Namun demikian, banyak tempat cuci tangan yang kurang terawat. Tak sedikit pula yang sudah tidak difungsikan. Lantaran, keberadaan tempat cuci tangan itu tak didukung dengan penyediaan air, sabun dan tisu yang memadai.
Di Pasar Kanoman misalnya, dari 4 tempat cuci tangan yang berada di jalan masuk utama, hanya dua yang masih difungsikan. Satu tempat cuci berada tepat di bawah gapura dan satunya lagi berada di sisi jalan. Berjejer dengan 2 tempat cuci tangan portable lainnya. Air untuk mencucinya sudah jarang dipasok. Sabun dan juga tisu juga telah lama habis.
“Yang ada airnya cuma yang di depan saja. Kalau itu dari PDAM. Setiap hari dikirimin. Kalau yang lainnya sih dari jarang dipakai karena ngasih tempatnya saja. Airnya tidak dikirim lagi,” ungkap Ilyas, salah seorang petugas keamanan di Pasar Kanoman.
Tempat cuci tangan memang banyak disediakan dan dibantu pengadaanya lewat corporate social responsibility (CSR). Ada juga yang diberikan oleh anggota DPRD. Tetapi, dalam pelaksanaannya tidak mendapat dukungan pasokan air, sabun dan perlengkapan lainnya.
Menurut Ilyas, kadang tempat cuci itu diisi air dengan membeli air dari penjual keliling. Begitu pula sabun, ia dan beberapa petugas lain juga berinisiatif untuk untuk menyisihkan uang untuk membeli secara urunan. “Kalau tidak airnya kan yang dikomplen orang di sini. Ya kita-kita ini yang kena (complain). Pengunjung dan pembeli sih tidak tahu menahu,” lanjutnya.