Disadari atau tidak virus Covid-19 bukan hanya menyerang kesehatan namun juga psikis seseorang. Hal itulah setidaknya yang dirasakan Dian Sumarni saat sang suami dinyatakan positif terpapar Covid-19. Semakin berat saat buah hatinya pun ternyata dinyatakan terpapar.
APRIDISTA SITI RAMDHANI, Cirebon
BADAI corona virus disease (covid-19) menerjang keluarga Dian Sumarni. Kisah ini berawal saat sang suami terkonfirmasi positif terpapar. Tepatnya 31 Agustus.
Suami Dian tiba-tiba saja mengalami gejala demam. Tidak enak badan. Menggigil dan batuk. Mulanya, dianggap flu biasa. Pasalnya, Dian dan Suami sedang mengerjakan sebuah project secara intens. Ditambah keduanya merasa aman karena di lingkungannya belum ada yang terpapar.
“Besoknya kami baru tahu salah satu teman kantor suami saya terpapar, akhirnya suami pun swab di tanggal 2 September,” kata Dian, mengawali ceritanya.
Hasil swab pun muncul di tanggal 3 September sore hari. Dia dapat kabar hanya melalui telepon. Suami Dian dinyatakan positif covid-19. Kaget dan stres dialami Dian. Bingung pun melanda. Apa yang harus ia lakukan. Ia tidak memahami bagaimana tata laksana ketika ada keluarga yang dinyatakan terpapar covid-19.
Sampai akhirnya puskesmas menawarkan dirawat di rumah sakit. Dengan pertimbangan Dian dan Suami memiliki buah hati yang baru berusia 4 tahun, akhirnya sang suami memutuskan diisolasi di rumah sakit. Namun, ambulans baru bisa datang keesokan harinya. Sehingga saat itu suami Dian masih tinggal di rumah dan melakukan isolasi seadanya. “Harap-harap cemas juga malam itu. Namanya satu rumah. Ya saya sudah pasrah kalaupun terpapar juga,” ungkapnya.
Keesokkan harinya, suami Dian yang sebelumnya demam dan merasakan gejala lainnya sudah lebih fit. Bahkan saat ambulance datang sudah bisa jalan dengan sigap dan membawa tas nya sendiri.
Satu hal yang ia minta saat ambulans datang untuk tidak menyalakan sirine. Tujuannya, agar tak ada keramaian. Namun yang menjadi kekecewaan Dian bersama suami, nyatanya banyak Babinsa, TNI dan lainnya yang hadir. Mereka juga mendokumentasi penjemputan tersebut.
“Saya fikir hanya dokumentasi laporan mereka. Nggak taunya, dua hari setelah itu banyak beredar video penjemputan. Yang sangat disayangkan semua data diri suami dan keluarga saya benar-benar tersebar. Di situ saya merasa tak ada privasi saja,” ungkapnya.