TAIPEI – Taiwan mengatakan, angkatan bersenjatanya memiliki hak untuk membela diri dan melakukan serangan balasan di tengah pelecehan dan ancaman dari Tiongkok, yang pekan lalu mengirim banyak jet melintasi garis tengah Selat Taiwan yang sensitif.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan, Senin (21/9) bahwa pihaknya telah “mendefinisikan dengan jelas” prosedur untuk tanggapan pertama pulau itu di tengah “frekuensi tinggi gangguan dan ancaman dari kapal perang dan pesawat musuh tahun ini”.
Dikatakan dalam pernyataan itu, Taiwan memiliki hak untuk “membela diri dan melawan serangan” serta mengikuti pedoman “tidak ada eskalasi konflik dan tidak ada insiden yang memicu”.
Taiwan tidak akan memprovokasi tetapi juga “tidak takut pada musuh”, demikian pernyataan itu. Ketegangan meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir antara Taipei dan Beijing, yang mengklaim secara demokratis menjalankan Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, untuk diambil paksa jika diperlukan.
Beberapa pesawat Tiongkok terbang melintasi garis tengah Selat Taiwan dan masuk ke zona identifikasi pertahanan udara pulau itu pada akhir pekan lalu. Sehingga mendorong Taiwan untuk mencegat jet dan Pemimpin Tsai Ing-wen menyebut Tiongkok sebagai ancaman bagi wilayah tersebut.
Latihan Tiongkok berlangsung minggu lalu ketika Beijing menyatakan kemarahan atas kunjungan seorang pejabat senior Amerika Serikat ke Taipei. Pada Senin, surat kabar resmi China Daily mengatakan, dalam sebuah tajuk rencana bahwa AS mencoba menggunakan Taiwan untuk menahan Tiongkok. Tetapi tidak ada yang boleh meremehkan tekadnya untuk menegaskan kedaulatannya atas pulau itu.
“Pemerintah AS tidak boleh diremehkan dalam keputusasaannya untuk menahan kebangkitan Tiongkok secara damai dan memanjakan diri dalam kecanduan AS terhadap hegemoni,” katanya.
Tiongkok telah marah dengan peningkatan dukungan AS untuk Taiwan, termasuk dua kunjungan dalam beberapa bulan oleh pejabat tinggi, satu pada Agustus oleh Menteri Kesehatan Alex Azar dan yang lainnya minggu lalu oleh Keith Krach, wakil menteri untuk urusan ekonomi. AS, yang tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan pulau itu, tetapi merupakan pendukung internasional terkuatnya, juga merencanakan penjualan senjata baru yang besar ke Taiwan.