“Pasti kepikiran. Kalau saya sampai ikut positif, saya harus isolasi di mana? Harus terpisah dengan anak-anak. Kalau isolasi di rumah, kasihan keluarga harus ngungsi ke mana? Orang-orang di sekitar juga harus diswab, keluarga, tetangga. Khawatir menularkan dan akhirnya merasa bersalah,” ujarnya.
Tapi, yang lebih dikhawatirkan lagi adalah dampak sosialnya. Karena stigma yang berkembang di masyarakat, ketika mendengar orang kena Covid-19, lebih banyak kalangan masyarakat belum bisa memperlakukan sebagaimana mestinya.
Akhirnya, dia lebih banyak berdoa. Kemudian setelah diswab hasilnya negatif, dia merasa bersyukur masih dilindungi. Dan berharap dapat terlindungi seterusnya dalam mengemban tugas amanah berhadapan langsung dengan pasien yang rentan terpapar. (*)