CIREBON – Revitalisasi Pasar Balong tak kunjung selesai. Komisi II DPRD meminta Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Berintan segera menentukan sikap. Sebab, progres pekerjaannya dinilai terlalu lambat. Baru 20 persen.
Anggota DPRD Fraksi PAN, Heriyanto mempertanyakan hasil pekerjaan dari investor yang sudah berjalan 2 tahun. Tapi progresnya baru di lantasi dasar. Padahal, gedung Pasar Balong memiliki 5 lantai. “Direksi Perumda Pasar harus punya sikap jelas. Pembangunan berlarut-larut,” kata Yanto –sapaan akrabnya- kepada Radar Cirebon, Minggu (27/9).
Yanto mengungkapkan, Direksi Perumda Pasar Berintan yang lama pernah dipanggil Komisi II untuk mengingatkan terkait revitalisasi Pasar Balong. Namun, tindak lanjutnya hingga saat ini tidak pernah dilaporkan.
Rencananya, Komisi II akan kembali memanggil direksi Perumda Pasar Berintan yang baru untuk kembali membahas terkait Pasar Balong. Sebab, mengacu pada perjanjian dengan investor, pekerjaan revitalisasi seharusnya sudah selesai tahun ini.
Dengan berlarut-larutnya pekerjaan yang berlangsung, ia khawatir pedagang juga terdampak. Tidak hanya itu, secara umum pemasukan Perumda Pasar juga terpengaruh. Apabila pembangunan sudah selesai, setidaknya konsumen bisa datang, retribusi dan parkir juga bisa masuk dan menjadi pendapatan asli daerah.
“Saya kira tinggal keberanian Perumda Pasar. Apakah putus kontrak atau perpanjangan kontrak tapi dengan syarat penyelesaian yang cepat,” tegasnya.
Seperti diketahui, sudah sejak awal tahun lalu pelaksanaan proyek revitalisasi Pasar Balong terhenti. Dengan terhentinya proyek pengerjaan tersebut, pedagang hanya menempati lantai dasar.
Salah satu pedagang, Husin mengatakan, terhentinya proyek revitalisasi Pasar Balong memang sedikit banyak mempengaruhi tingkat kunjungan. Padahal, dirinya dan pedagang lain berharap supaya pasar kembali ramai.
Sementara itu, staf PT Metro Panen Raya, Bunga menjelaskan, terhentinya proyek revitalisasi Pasar Balong disebablan pandemi Covid-19. Padahal, pihak pengembang sudah melakukan komitmen untuk melakukan pengerjaan pada bulan Februari 2020.
“Sebelumnya, kontraktor kita dari Cirebon sini. Tapi karena pengerjaanya ada yang kurang bagus, jadi sejak Februari itu pindah ke kontraktor dari Jakarta. Tapi kita tahu sendiri, setelah itu ada pandemi, sehingga pengerjaanya jadi terkendala,” ungkapnya.
Namun demikian, setelah pandemi mereda, Bunga mengatakan bahwa pengerjaan proyek tersebut akan kembali dilanjutkan.