JAKARTA – Pemerintah Armenia dan Azerbaijan menolak mengadakan pembicaraan damai di tengah konflik peperangan di daerah kantong etnis, Nagorny-Karabakh. Kedua negara hingga saat ini masih saling tuduh sebagai pihak yang menghalangi negosiasi atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh.
Presiden Azerbaijan Ilkham Aliyev mengatakan, kepada saluran TV Rusia, Rossia 1 bahwa negaranya telah berkomitmen untuk merundingkan resolusi tetapi Armenia menghalangi proses tersebut.
“Perdana menteri Armenia secara terbuka menyatakan bahwa Karabakh adalah (bagian dari) Armenia, titik. Dalam hal ini, proses negosiasi seperti apa yang dapat kita bicarakan,” kata Aliev dilansir dari Associated Press, Rabu (30/9).
Dia menambahkan, sesuai dengan prinsip-prinsip dari kelompok Minsk, maka untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh, wilayah ini seharusnya dipindahkan ke Azerbaijan.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengatakan, sangat sulit untuk berbicara tentang negosiasi ketika operasi militer sedang berlangsung di wilayah tersebut.
Dia meminta, Azerbaijan untuk segera mengakhiri agresinya terhadap Nagorno-Karabakh dan Armenia. Ia pun menganggap serangan yang dilakukan Azerbaijan sebagai ancaman eksistensial bagi Armenia.
“Pada dasarnya kami menganggapnya sebagai perang yang diumumkan kepada rakyat Armenia,” ujarnya.
Pada Minggu, Kementerian Pertahanan Nagorno-Karabakh melaporkan 84 prajurit tewas akibat perang, di sisi lain Aliyev mengatakan 11 warga sipil negaranya tewas akibat perang di wilayah tersebut.
Perang di wilayah sengketa ini bermula pada Sabtu (26/9). Komunitas internasional telah mendesak Armenia dan Azerbaijan melakukan perbincangan damai.Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif yang negaranya berbatasan langsung dengan Azerbaijan dan Armenia menyerukan agar permusuhan antara kedua negara segera diakhiri dan mendesak dialog perdamaian.
“Kami menyerukan diakhiri segera permusuhan dan mendesak dialog untuk menyelesaikan perbedaan. Tetangga kami adalah prioritas kami dan kami siap memberikan layanan yang baik untuk memungkinkan pembicaraan,” ucapnya.
Senada, Perdana Menteri Albania Edi Rama selaku ketua Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa, meminta kedua pihak untuk menghentikan pertempuran.
Menteri Luar Negeri Rusia, beberapa waktu lalu juga dikabarkan tengah menjalin kontak intensif dengan kedua negara. Dia hendak mencoba menstabilkan situasi.