Reporter AP mewawancarai lebih dari 130 mantan pekerja dan saat ini dari delapan negara di dua lusin perusahaan kelapa sawit termasuk Felda, yang memiliki sekitar sepertiga saham FGV.
“Mereka menemukan segalanya mulai dari gaji yang belum dibayar hingga kerja paksa langsung dan tuduhan pemerkosaan, terkadang melibatkan anak di bawah umur,” katanya.
“Mereka juga menemukan Muslim Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan, salah satu minoritas paling teraniaya di dunia, telah diperdagangkan ke perkebunan dan dipaksa bekerja,” sambungnya.
Banyak masalah yang dirinci oleh Smith serupa dengan yang ditemukan oleh AP. Dia mengatakan, Badan Bea Cukai menemukan pembatasan pergerakan, isolasi, kekerasan fisik dan seksual, intimidasi dan ancaman, penyimpanan dokumen identitas, pemotongan gaji, jeratan utang, kondisi kerja dan hidup yang kejam, kerja lembur yang berlebihan, dan kekhawatiran tentang potensi kerja paksa terhadap anak.
FGV mengeluarkan pernyataan pada akhir pekan yang menguraikan komitmennya terhadap hak asasi manusia, termasuk langkah-langkah yang diambil untuk memastikan para pekerjanya memiliki akses ke paspor dan gaji mereka.
Sementara Felda dan pemerintah Malaysia tidak menanggapi pertanyaan dari AP tentang temuan penyelidikannya. “Meskipun ada kritik dan tuduhan terhadap FGV, kami akan melanjutkan upaya kami untuk memperkuat praktik kami untuk menghormati hak asasi manusia dan menegakkan standar ketenagakerjaan,” katanya. (der/fin)