Dia menerangkan, jika perlu diketahui bahwa di rumah sakit ada zona-zona yang dipusatkan untuk zona infeksius. Pihaknya berusaha tidak mencampurkan zona infeksius dengan zona non infeksius, demi keamanan seluruh pasien tanpa memandang status sosial, sesuai ketentuan perundangan mengenai rumah sakit, ruang isolasi, dan petunjuk dari Komite Pengendalian dan Pencegahan Infeksi.
“Jadi untuk yang menderita penyakit infeksius, jalur masuknya juga berbeda dengan pasien yang non infeksius. Untuk zona infeksius kami ada di area Barat RS, ada pintu masuknya tersendiri. Memang akses sedikit terganggu dengan adanya proyek. Namun kami tetap mencari solusi seperti selama ini sudah berlangsung. Tapi itu masih jauh dari instalasi forensik,” tuturnya.
Kemudian, Kamis sore, pihaknya dikabari kembali oleh kepala Puskesmas Sitopeng dan Dinkes mengenai kondisi suami Een. Ada indikasi medis yang nampak lebih urgen dari anggota keluarga lainnya yang terpapar. Pihaknya berupaya mencarikan kembali ruangan, karena ruangan yang malam sebelumnya sudah disiapkan, sudah terisi oleh pasien lain.
Dia lantas meminta arahan dari Direktur, dan koordinasi dengan para dokter dari Tim Ahli Klinis, atas informasi perkembangan kondisi yang masuk. Atas saran tim dokter, karena kondisi klinis suaminya, agar supaya masuk di ruang Intensive Covid. Sedangkan Een beserta anggota keluarga lain di ruang sebelahnya, yang bisa berdekatan dan melihat langsung dari dekat.
“Perlu diketahui, ruangan covid saat ini cukup penuh. Untuk mengumpulkan mereka dalam satu area perlu upaya yang tidak mudah. Akhirnya saya menelpon Ibu, menyatakan bahwa ruangan sudah tersedia. Dan dijelaskan juga fasilitas intensifnya supaya bisa segera bertindak sesuai perkembangan kondisi,” jelasnya.
Setelah setuju untuk dirujuk, pihaknya sudah menyambut kedatangannya, perawat, MOD, Satpam sudah siap menyambut. Namun Een dan keluarganya tidak mau turun. Maria mengaku jika Een malah tidak terima dan marah-marah. Padahal dari mobil itu, sudah pas di depannya tinggal masuk ruang isolasi flu burung.
“Karena mungkin disangkanya itu ruang mayat. Padahal sih masih jauh sekali ruang mayat tuh. Pintu flu burung kan agak ke depan. Sedangkan pintu forensik itu jauh ke belakang melewati masjid kemudian belok kiri,” ujarnya.