JAKARTA – Pasien positif Covid-19 tanpa gejala atau orang tanpa gejala (OTG) di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta mengalami penurunan. Koordinator RS Darurat Covid-19, Mayjen TNI Dr dr Tugas Ratmono SpS MARS MH mengatakan, Tower 4 dan Tower 5 Flat Isolasi Mandiri terisi 40% dan 60%. Sedangkan Tower 6 dan Tower 7 RS Darurat Covid-19 dihuni 59% dan 66%.
“Tidak seperti minggu kemarin yang angka hunian bisa mencapai 90%. Mudahan-mudahan seterusnya menurun hingga nantinya tidak ada lagi yang masuk ke Wisma Atlet. Mudah-mudahan selesai Corona!” ujar Tugas dalam talkshow bertema “Hotel Isolasi Mandiri dan Pengaruhnya terhadap Wisma Atlet” di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Graha BNPB Jakarta, Senin (5/10) siang.
Perwira tinggi bintang dua yang sehari-harinya bertugas sebagai kepala Pusat Kesehatan TNI itu menambahkan, penurunan yang sama juga dialami di beberapa provinsi.
Dalam rapat Satgas Covid-19, Minggu (4/10) malam, Tugas mengatakan, di beberapa daerah, yang tadinya masuk zona merah dan tinggi kasusnya, dilaporkan menurun.
“Memang saat ini masih fluktuatif dengan jumlah yang masuk. Jadi ada flat menurun, landai, dan seterusnya. Ini menggambarkan suatu proses di masyarakat ada penurunan. Walaupun penambahan kasus di DKI Jakarta masih di atas 1.000 orang,” papar Tugas.
Terkait dengan pembukaan Hotel Isolasi Mandiri di ibukota, Tugas menyatakan, ini merupakan bentuk dari sinergitas penanganan Covid-19 sesusai dengan tema HUT ke-75 tahun TNI “Sinergi untuk Negeri”.
Saat ditanya apakah ada pengaruhnya, jenderal kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, ini mengatakan sangat mungkin. Semula, pasien OTG langsung masuk ke Flat Isolasi Mandiri, kini bisa ditampung juga ke hotel-hotel.
“Ada pengurangan jumlah pasien. Di Wisma Atlet sangat mungkin dan ini akan memberikan pemerataan dalam konteks tingkat hunian,” jelas Tugas.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Slamet Budiarto SH MHKes mengatakan, Covid-19 penyebarannya susah ditebak. Pada bulan Maret-April, grafik jumlah pasien Covid-19 di DKI Jakarta tinggi, dan di Surabaya, Jawa Timur, rendah. Namun belakangan angka itu beberapa waktu lalu pernah berbalik, di Jakarta turun dan di Surabaya justru naik.