Bayi Rawan Terpapar Corona

Bayi Rawan Terpapar Corona
TETAP JALAN: Kegiatan bimbingan pra-manasik bagi para calhaj di Islamic Center Indramayu, Senin (9/3). FOTO: ADUN SASTRA/RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (8/10) melaporkan, bahwa hampir dua juta kasus kematian bayi baru lahir terjadi setiap tahun, dengan satu kematian bayi setiap 16 detik. PBB juga memperingatkan, bahwa pandemi Covid-19 dapat menambah 200.000 kematian lagi ke dalam jumlah tersebut.
PBB menyebutkan secara global, lebih dari 40 persen kematian bayi terjadi selama persalinan. Kasus yang sebenarnya paling dapat dihindari apabila bidan telah terlatih dengan baik.
Sementara itu, laporan UNICEF bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Grup Bank Dunia (World Bank Group) menyebutkan, sekitar 84 persen kematian bayi yang baru lahir terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Sebagian besar kasus kematian bayi disebabkan karena kualitas layanan kesehatan yang buruk, hingga minimnya investasi dalam peralatan dan pelatihan bidan.
Kematian anak dan ibu melahirkan secara global sudah menurun tajam dalam beberapa dekade terakhir. Namun mayoritas kasus kematian bayi sering kali terjadi di seluruh Afrika sub-Sahara dan Asia Tenggara.
“Kehilangan anak saat lahir atau selama kehamilan adalah tragedi yang menghancurkan bagi sebuah keluarga di seluruh dunia,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore.
“Di luar hilangnya nyawa, biaya psikologis dan finansial bagi perempuan, keluarga, dan masyarakat menjadi sangat membebani dan berlangsung lama. Bagi banyak ibu, kasus kematian bayi tidak harus seperti ini,” imbuhnya.
Laporan tersebut memperingatkan, bahwa pandemi Covid-19 memicu penambahan kematian bayi hampir 200 ribu kasus. Dengan asumsi bahwa 50 persen layanan kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terganggu karena harus terlebih dahulu menangani pasien Covid-19.
Mark Hereward, Direktur Asosiasi UNICEF untuk data dan analitik mengatakan, bahwa bayi di banyak negara berpotensi terpapar COVID-19, bahkan jika ibu mereka tidak pernah tertular penyakit tersebut.
“Hal ini disebabkan karena peningkatan angka kemiskinan yang masif akibat resesi global,” katanya.
Hereward juga mengungkapkan, bahwa tanpa tindakan cepat, dunia akan kehilangan lebih dari 20 juta bayi pada tahun 2030. “Saya menangis dan menangis” pungkasnya. (der/fin)
 

0 Komentar