KUNINGAN – Langkah Pemkab Kuningan menggandeng influencer untuk menangkal berita hoax, serta menyebarluaskan informasi tentang Kuningan, banyak mendapat tanggapan negatif dari masyarakat. Bahkan, kolaborasi Pemkab dengan Influencer dianggap hanya akan buang-buang anggaran.
“Saya pikir, Pemkab Kuningan jangan latah mengikuti pemerintah pusat, menangkal hoax dengan influencer. Saya khawatir ini tidak akan efektif dan malah hanya buang-buang anggaran saja,” kata Dr Kana, Minggu (11/10).
Kekhawatiran Dr Kana bukan tanpa sebab. Pertimbangannya, saat ini pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk di Kabupaten Kuningan sendiri sedang naik-naiknya. Sehingga, sudah seharusnya upaya pemerintah dalam menangkal Virus Corona harus lebih ekstra.
“Anggaran lebih baik difokuskan bagi kesehatan warga dan tenaga kesehatan, serta upaya-upaya konkrit lainnya. Dalam hal ini, kesehatan harus lebih utama. Jangan buang-buang anggaran yang tidak jelas objeknya, serta belum terukur efektif dan tidaknya,” ucap Kana.
Memperhatikan aspek kesehatan, lanjutnya, adalah bagian dari keseriusan pemerintah dalam melindungi hak dasar kesehatan warganya. Dampak pandemi ini, sangat dirasakan langsung oleh rakyat. Seperti banyaknya karyawan perusahaan yang sudah di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), usaha tutup, daya beli menurun, dan lain sebagainya.
“Sebagaimana diketahui, akibat Pandemi Corona, Indonesia masuk masa resesi. Roda ekonomi istirahat, sebagaimana disebutkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Resesi mulai bulan Oktober dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 negatif. Ini berbahaya kalau Pemerintah Kabupaten Kuningan tidak mengantisipasi secara komprehensif,” sebutnya.
Daripada menggandeng Influencer, lanjut Kana, Pemkab Kuningan lebih baik meningkatkan berbagai upaya kongkrit untuk memperbaiki perekonomian di masyarakat. Hal itu bisa dilakukan dalam sektor ekonomi informal masyarakat. Mulai pedagang keliling, pedagang kaki lima, UKM, pedagang pasar, dan sejenisnya yang lebih banyak merasakan dampak Covid-19 yang harus diperhatikan.
“Berikan bantuan atau pelatihan agar market mereka tidak hilang. Barang mereka bisa terjual,” saran dia.
Pria yang juga pengamat politik sekaligus Pjs Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda PUI asal Ciawigebang ini menyampaikan, menggunakan influencer tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi. Melainkan harus dilihat dari aspek lain. Masyarakat Kuningan apakah terbantu dan tercerahkan dengan info berimbang dari upaya tangkal hoax melalui influencer, atau justru sebaliknya malah membingungkan.