JAKARTA – Armenia dan Azerbaijan saling menuduh telah melanggar gencatan senjata kemanusiaan yang disepakati tiga hari lalu, untuk memadamkan pertempuran di Nagorno-Karabakh, yang telah merenggut ratusan nyawa dalam dua minggu terakhir.
Gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada Sabtu (10/10), ditujukan untuk memungkinkan pasukan etnis Armenia dan Azerbaijan guna menukar tahanan dan mayat mereka yang tewas dalam pertempuran paling mematikan di Nagorno-Karabakh dalam lebih dari 25 tahun.
Pada Selasa, gencatan senjata tampaknya semakin melemah ketika kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukan Armenia menembaki wilayah Azeri di Goranboy, Terter, dan Aghdam, yang sangat melanggar gencatan senjata kemanusiaan.
Seorang kru televisi Reuters di Terter mengatakan pusat kota itu dibom. “Angkatan bersenjata Azeri tidak melanggar gencatan senjata kemanusiaan,” kata juru bicara kementerian pertahanan Vagif Dargiahly.
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia Shushan Stepanyan membantah tuduhan itu. Dia mengatakan, pihak Azeri telah melanjutkan operasi setelah jeda semalam, didukung oleh tembakan artileri aktif di arah selatan, utara, timur laut, dan timur. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi laporan tembakan artileri tersebut.
Pejabat etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mengatakan, total korban tewas dari militer mereka adalah 542, ketika laporan pertempuran baru mengundang seruan dari Rusia dan anggota Uni Eropa untuk menghormati gencatan senjata.
Azerbaijan mengatakan, 42 warga sipil Azeri telah tewas dan 206 orang luka-luka sejak 27 September. Negara itu belum mengungkapkan data korban dari militer. Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi diperintah dan dihuni oleh etnis Armenia.
Konflik antara kedua negara tersebut menjadi perhatian sejumlah negara karena terjadi dekat dengan pipa gas dan minyak Azeri ke Eropa. Turki dan Rusia berisiko terseret masuk dalm konflik tersebut karena Rusia memiliki pakta pertahanan dengan Armenia, sedangkan Turki bersekutu dengan Azerbaijan. Turki belum terlibat dalam mediasi yang selama bertahun-tahun dipimpin oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat. Namun, Turki mendukung serangan Azerbaijan untuk merebut kembali tanah yang diduduki. (ant/dil/jpnn)