Guru Sejarah di Prancis Tewas Dipenggal

France Teacher Decapited
KECAM KERAS: Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) berkunjung ke sebuah sekolah menengah di Conflans Sainte-Honorine, lokasi seorang guru sejarah dipenggal gegara membuka diskusi dengan siswa tentang karikatur Nabi Muhammad SAW, Jumat (16/10) waktu setempat. AP PHOTO
0 Komentar

Guru Sejarah di Prancis Tewas Dipenggal
 
JAKARTA – Peristiwa tragis menimpa salah satu guru sejarah di Prancis. Guru sekolah menengah itu tewas dipenggal oleh orang tak dikenal pada Jumat (16/10), waktu setempat usai menggelar diskusi soal kartun Nabi Muhammad dengan para muridnya.
Kejadian mengerikan itu terjadi kota kecil Conflans-Sainte-Honorin di wilayah Val d’Oise, barat laut Paris. Pelaku ditembak mati oleh polisi sekitar 600 meter dari lokasi pemenggalan.
Dilansir The Associated Press, Sabtu (17/10), Kantor Kejaksaan Anti Terorisme Prancis membuka investigasi terkait pembunuhan tersebut dengan mempertimbangkan dugaan motif terorisme di balik penyerangan.
Seorang pejabat kepolisian kepada AP menerangkan, bahwa pelaku bersenjata pisau dan airsoft gun. Sebelum ditembak, pelaku tidak merespons permintaan untuk meletakkan senjata dan bertingkah mengancam.
Dilansir AFP, sumber dari kepolisian mengungkapkan pelaku berteriak “Allahu Akbar” saat dikonfrontasi.
Pejabat tersebut mengungkapkan, bahwa guru tersebut menerima ancaman setelah membuka diskusi terkait karikatur Nabi Muhammad di sekolah.
“Guru itu diancam setelah membuka diskusi ‘untuk berdebat’ tentang kartun (Nabi Muhammad) sekitar 10 hari lalu,” ujar pejabat kepolisian yang namanya tidak disebut karena tidak berwenang untuk membahas investigasi yang sedang berlangsung.
Pejabat polisi itu mengungkapkan, bahwa orang tua murid menyampaikan komplain terhadap guru tersebut. Namun, polisi memastikan bahwa pelaku tidak memiliki anak yang bersekolah di sana. Identitas pelaku sendiri tidak dipublikasikan.
“Kami tidak mengira hal ini akan terjadi,” ujar seorang warga Conflans, Remi Tell kepada stasiun TV lokal, CNews TV.
“Kota kami, adalah kota yang damai,” sambungnya.
Melihat peristiwa tersebut, Presiden Emmanuel Macron mengunjungi lokasi kejadian nahas itu. Ia menyebut, aksi itu sebagai “serangan teroris “.
“Saya menjamin dan siap untuk membela para guru. “Obskurantisme tidak akan menang,” pungkasnya. (der/fin)
  

0 Komentar