KUNINGAN-Di masa pandemi Covid-19, budidaya lebah tanpa sengat atau Stingles Bee menjadi salah satu primadona. Tak hanya di desa, di kota-kota besar pun marak budidaya lebah (Urban Bee) yang akrab disebut Teuweul dalam bahasa Sunda.
Selain perawatan yang mudah karena tak harus rutin memberi pakan seperti ternak-ternak lainnya, budidaya lebah tanpa sengat cukup aman, sehingga bisa dilakukan di halaman rumah, bahkan di pemukiman padat penduduk.
Budidaya lebah tanpa sengat, juga kini menjadi salah satu tren hobi yang sekaligus menghasilkan. Seperti yang ungkapkan Amar Thohir, warga Kabupaten Kuningan yang memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lokasi budidaya.
Amar mengaku menggeluti budidaya lebah tanpa sengat ini sejak sekitar 5 bulan lalu. Awalnya ia memikirkan cara usaha di masa pandemi Covid-19, namun bisa mengikuti anjuran pemerintah untuk diam di rumah. Setelah menggeluti, justru menjadi hobi yang menyenangkan.
“Awalnya saya sekadar mencoba peluang usaha di masa pandemi, namun setelah mencoba, ternyata budidaya lebah itu sangat mengasyikkan dan bisa menjadi hobi yang menghasilkan,” ungkap Amar, Selasa (20/10).
Saat mempelajari soal lebah, kata Amar, banyak pelajaran yang bisa diambil dari pola kerja lebah. Selain hanya memiliki dan taat pada satu ratu, lebah juga sangat kompak sehingga bisa membangun sarang yang indah.
“Banyak sekali kesenangan saat memperhatikan pola kerja lebah, meski bertubuh kecil, lebah mampu membuat sarang yang indah dengan kerja sama yang baik,” ujarnya.
Selain itu, menurut Amar, budidaya lebah juga tak terlalu repot seperti ternak lainnya. Lebah tak harus diberi pakan rutin. Cukup menyediakan vegetasi sebagai sumber pakan lebah, sehingga cocok juga untuk yang memiliki kesibukan dalam keseharian.
“Memelihara lebah itu tak serepot memelihara ternak lain. Kita tak perlu setiap hari mengurusnya. Kadang cukup seminggu sekali kita mengontrol, termasuk menjaga agar terlindungi dari predator seperti cicak, capung atau semut, ya seperti pelihara tuyul, mereka cari makan sendiri dan memberikan hasil untuk kita,” ujar Amar seraya tertawa.
Lebah yang dibudidayakan kebanyakan dari jenis Tetragonula Leaviceps atau dalam bahasa Sunda disebut Teuweul. Dipilihnya jenis tersebut karena mudah didapat dari alam sekitar Kabupaten Kuningan sehingga lebah mudah adaptasi.