Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) itu menggambarkan pernyataan Macron sebagai “tidak bertanggung jawab”. Pernyataan itu disebut bertujuan untuk menyebarkan budaya kebencian di antara masyarakat.
“Pada saat upaya harus diarahkan untuk mempromosikan budaya, toleransi dan dialog antara budaya dan agama, pernyataan yang ditolak itu dan seruan untuk menerbitkan gambar menghina Nabi (Muhammad), semoga berkah dan damai besertanya, diterbitkan,” kata Sekretaris Jenderal GCC, Nayef al-Hajraf sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Al-Hajraf meminta para pemimpin dunia, pemikir dan pemimpin opini untuk menolak pidato kebencian dan penghinaan terhadap agama dan simbol-simbol mereka, dan untuk menghormati perasaan umat Islam, alih-alih menjadi tawanan Islamophobia.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Kuwait memperingatkan terhadap dukungan dari pelanggaran dan kebijakan diskriminatif yang menghubungkan Islam dengan terorisme.
“Mewakili pemalsuan realitas, menghina ajaran Islam, dan menyinggung perasaan Muslim di seluruh dunia,” kata Kemlu Kuwait.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk apa yang dikatakannya sebagai serangan berkelanjutan Prancis terhadap Muslim dengan menghina simbol-simbol agama.
Sekretariat organisasi yang berbasis di Jeddah itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka terkejut dengan retorika politik resmi yang dikeluarkan oleh beberapa pejabat Prancis yang menyinggung hubungan Prancis-Islam dan memicu rasa kebencian demi perolehan partai politik.
Sementara itu, Prancis mendesak negara-negara di Timur Tengah untuk menghentikan seruan memboikot produk-produk Prancis dengan segera. Seruan pemboikotan terjadi di tengah kontroversi penggunaan kartun Nabi Muhammad oleh Prancis setelah pemenggalan seorang guru di Paris terjadi.
“Seruan untuk memboikot produk Prancis di beberapa negara Timur Tengah dan seruan untuk demonstrasi melawan Prancis tidak berdasar, dan harus segera dihentikan,” ujar Kemenlu Prancis dalam sebuah pernyataan yang dilansir laman Al Arabiya English, Senin (26/10).
Kemenlu juga meminta pemerintah negara-negara lain untuk menjauhkan diri dari seruan boikot dan memastikan keselamatan warga negara Prancis.
Federasi Pengusaha Prancis MEDEF juga mendesak perusahaan untuk menolak boikot produk yang dilakukan negara Arab. Mereka menyebut hal ini ‘pemerasan’.
“Ada saatnya untuk menempatkan prinsip di atas bisnis,” kata Geoffroy Roux de Bezieux kepada penyiar RMC.