BANDUNG – Empat pegulat Kota Cirebon berada di Pelatda Jawa Barat dengan cita-cita yang sama, menjadi jawara Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua, tahun depan. Apa yang sedang mereka jalani sekarang, adalah menanam benih demi memanen hasil manis tahun depan.
PON yang semestinya digelar tahun ini, mundur akibat pandemi Covid-19. Perjuangan setiap anggota pelatda pun semakin berat. Bukan hanya waktu yang harus ditempuh untuk menuntaskan perjalanan menuju PON semakin panjang. Pandemi juga menguji mental dan fisik mereka.
Di sisi lain, para pegulat dituntut untuk terus meningkatkan performa. Sementara mereka juga harus berjuang sebisa mungkin menghindarkan diri tertular virus Corona. Terlebih, Dewi Atiya dan kawan-kawan menjalani pemusatan latihan di Kota Bandung. Salah satu episentrum penyebaran Covid-19 termasif di Jawa Barat.
Pelatih gulat Jawa Barat, Teti Perawati mengungkapkan, sejak pandemi meluas, Pengprov PGSI Jawa Barat menerapkan peraturan ketat. “Kami melakukan beberapa hal untuk menekan risiko tertular Covid-19. Di sisi lain, kami juga tetap menjaga agar suasana latihan tetap nyaman,” katanya.
Kehidupan para pegulat pun semakin terbatas. Aktivitas mereka tidak jauh-jauh dari asrama dan arena latihan. Kedua tempat ini berada di Sport Center Pajajaran, Jln Pajajaran, Kota Bandung. “Pada awal-awal pandemi yang kita jalani seperti karantina mandiri. Sekarang sudah lebih longgar tapi tetap tidak bisa keluar masuk sembarangan,” jelas Teti.
Demi melindungi para pegulat dari ancaman virus Corona, PGSI juga belum sekali pun melaksanakan pertandingan. Baik yang resmi maupun uji coba. Maka, sepanjang tahun, para pegulat top Jawa Barat hanya berlatih. Tanpa bertanding.
Latihan dilaksanakan Senin hingga Sabtu. Pagi dan sore. Kemudian para pegulat mendapatkan jeda untuk beristirahat di hari Minggu sebelum bekerja lebih keras lagi pada Senin berikutnya. Dewi Atiya, salah satu anggota pelatda asal Kota Cirebon yang belum lama ini melepas masa lajangnya, juga harus rela jarang bertemu suaminya yang berprofesi sebagai tentara.
“Saya menerimanya sebagai risiko pasangan atlet dan prajurit,” kata Dewi kepada Radar Cirebon.
Pegulat Terapkan Karantina di Pelatda

