Vaksin Pfizer Tak Cocok
Bagi Negara Berkembang
JAKARTA – Seorang ilmuwan terkemuka pemerintah Pakistan menilai, vaksin Pfizer tidak cocok untuk digunakan oleh negara-negara berkembang, termasuk negaranya.
Sebab, vaksn buatan perusahaan Jerman BioNTech dan mitranya di Amerika Serikat itu, diperlukan suhu minus 80 derajat Celsius untuk menyimpannya serta kebutuhan untuk dua dosis imunisasi.
Perusahaan farmasi Amerika, Senin 9 November mengumumkan, bahwa uji tahap akhir pada vaksin potensial dua dosis mengisyaratkan efektivitasnya lebih dari 90 persen dalam mencegah virus pada partisipan yang tidak terinfeksi sebelumnya.
Pengungkapan itu disambut baik sebagai kabar positif yang jarang muncul dalam perang melawan pandemi yang secara global telah menjangkiti lebih dari 50 juta orang, dengan 1,2 juta kematian dan 33 juta orang sembuh.
Tetapi, Profesor Atta Ur Rahman yang memimpin Gugus Tugas Sains dan Teknologi Pakistan menilai, bahwa terlalu dini bagi negaranya atau negara-negara berkembang lainnya dalam menyambut baik vaksin Pfizer itu.
“Ini adalah vaksin messenger RNA dan ini harus dikirim pada suhu minus 80 derajat Celsius, sehingga vaksin ini tidak cocok untuk negara-negara berkembang,” kata Rahman dilansir dari VOA, Jumat (13/11).
“Infrastruktur ruang penyimpan cold storage dan rangkaiannya untuk membawa vaksin dari bandara ke kota-kota dan berbagai penjuru negara, tidak ada di dunia berkembang,” sambungnya.
Menurut Rahman, pasien Covid-19 akan memerlukan dua dosis vaksin Pfizer dalam rentang waktu tiga pekan dan keharusan tempat penyimpanan bersuhu rendah, membuat itu semua semakin sulit di Pakistan.
“Suhu rata-rata musim panas di bagian selatan dan barat daya negara itu membubung antara 40 dan 50 derajat Celsius,” pungkasnya. (der/fin)