Keterbatasan lahan pemakaman saat ini menjadi salah satu masalah yang terjadi di kota besar. Tak terkecuali di Cirebon. Kondisi ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
BAGI warga Tionghoa seperti Sucipto, ada beberapa cara dalam mengurus jenazah. Selain dimakamkan, masyarakat juga biasa melakukan pengabuan alias kremasi. Namun demikian, pemakaman dianggap lebih dekat dengan tradisi masyarakat Tionghoa.
“Mungkin kalau dari segi tradisi lebih baik dimakamkan. Karena di situ ada nilai-nilai kearifannya sendiri,” kata Sucipto, kepada Radar Cirebon.
Masyarakat Tionghoa mengenal Ceng Beng, yakni tradisi mengunjungi kuburan leluhur. Pada helatan itu, biasanya anggota keluarga akan membersihkan makam sebelum waktu kunjungan. Para anak diwajibkan membersihkan sendiri makam leluhurnya.
“Kalau dimakamkan, nanti keturunanya akan nyekar. Mengunjungi atau mengenang. Dari situ akan juga mempertemukan saudara saudara yang jauh sekalipun. Jadi kita akan lebih mengenal keluarga dan asal usul kita,” ungkapnya.
Namun dirinya merasa prihatin dengan kondisi pemakaman leluhur yang semakin terancam. Perambahan pemukiman penduduk di komplek pemakaman Tionghoa di Kota Cirebon, yakni Ku Tiong dan Sin Tiong terus terjadi.
Masalah lain adalah keterbatasan lahan. Tidak mungkin membuka pemakaman baru. Hal ini telah membuat mereka memilih cara lain dalam pengurusan jasad keluarganya. Yakni dikremasi.
Soal keamanan makam, tidak sedikit yang akhirnya mempertimbangkan untuk dibongkar dan dipindahkan. Bahkan ada yang sudah dimakamkan di Sin Tiong dan Ku Tiong memilih dibongkar sendiri oleh keluarganya.
Rata-rata dipindahkan ke lokasi pemakaman yang lebih aman. Seperti San Diego Hills di Kabupaten Karawang atau Mount Carmel di Ciperna, Kabupaten Cirebon. Pemindahan makam ini, walaupun secara tradisi dan kepercayaan sebenarnya sesuatu yang tidak diperbolehkan. Namun, demi keamanan, opsi ini terpaksa di pilih.
“Kondisi pemakaman Tionghoa di sini sudah sangat memprihatinkan. Pemerintah sudah tidak sanggup mengatasinya,” ungkap Sucipto.
Dia mengungkapkan kondisi makam salah satu tokoh Tionghoa Cirebon, Chen Fang Fang. Mulanya dimakamkan di Ku Tiong. Sekarang, sudah tidak ada lagi. Terakhir terlihat tahun 2008, tapi setelah itu tidak adalagi. Padahal beliau termasuk orang yang banyak jasanya sebelum masa Tan Tjin Kie.