“Karena kluster ini terkonsentrasi di lingkungan ponpes, maka untuk sementara pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) tidak diberlakukan, melainkan hanya fokus di lingkungan ponpes saja. Sudah dibuat posko di depan gerbang ponpes yang akan ditempati petugas gugus tugas Covid-19 yang akan melakukan pengawasan pergerakan orang. Termasuk penyiapan dapur umum untuk memasok kebutuhan makan para santri yang sedang menjalani isolasi,” papar Agus.
Sementara itu, Kepala Desa Bojong Nurul Komariah mengatakan, pihaknya bersama tim gugus tugas Covid-19 Kecamatan Cilimus terus memantau perkembangan kasus Covid-19 yang dialami para santri Ponpes Al Mutawally. Berdasarkan informasi dari petugas medis, kata Nurul, semua santri yang dinyatakan positif tersebut saat ini sehat dan tidak mengalami gejala-gejala mengkhawatirkan.
“Mudah-mudahan kondisi kesehatan para santri semakin membaik, dan pada saat tes swab berikutnya menjadi negatif. Sehingga, keberadaan kluster covid-19 di Ponpes Al Mutawally ini segera berakhir,” ujar Nurul.
Nurul juga berharap, dari kejadian ini, tidak sampai berdampak penularan terhadap warga sekitar di luar ponpes. Untuk meyakinkannya, Nurul berharap ada pemeriksaan swab kepada warga yang tinggal di dekat ponpes ataupun yang merasa pernah berkontak dengan para santri atau lingkungan ponpes, terlebih mengalami gejala-gejala mengarah Covid-19.
“Inginnya ada pemeriksaan swab untuk warga di sekitar ponpes untuk meyakinkan apakah ada yang terpapar juga atau tidak. Mudah-mudahan saja semuanya sehat dan tidak ada warga kami yang positif Covid-19,” ujar Nurul.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan santri dan tenaga pengajar Ponpes Al Mutawally sebelumnya menjalani pemeriksaan rapid anti gen setelah ada beberapa santri yang mengalami gejala mengarah covid. Dari total 443 warga ponpes yang menjalani pemeriksaan tersebut, ternyata ada 156 yang dinyatakan reaktif. Sehingga langsung ditindaklanjuti pemeriksaan swab. Sementara santri yang dinyatakan negatif langsung dipulangkan.
Bermula dari kegiatan rapid tes masal pada peringatan Hari Kesehatan Nasional yang diikuti 125 santri dan guru, dan waktu itu hasilnya semua dinyatakan non reaktif. Namun beberapa hari kemudian, ada beberapa santri yang mengalami sakit demam disertai gangguan penciuman dan indera perasa. Sehingga mereka diswab di puskesmas.