Produksi tempe di musim penghujan ini tak bisa mengandalkan sinar matahari. Tak ada proses penjemuran. Yang membutuhkan lebih banyak ragi. “Saat cuaca panas cukup setengah sendok ragi per setengah kwintal. Kalau mendung bisa sampai 5 sendok,” ungkapnya. Ditambahkan, kalau ragi itu diperoleh dari Bandung.
Tempe juga ada kualitas super. Harganya sama saja. Rp4.000. Yang membedakan ukuran. Kualitas super tentu lebih kecil. Kemudian bahan baku juga dari kedelai yang sama. Pembeda selanjutnya, saat proses produksi. Yang super itu mengandung lebih sedikit kulit kedelai. Alias lebih bersih. Juga berpengaruh ke proses penggorengan. “Super, lebih cepat kering dan sedikit minyak,” terang Sarmai.
Kemudian kulit tempe dimanfaatkan untuk pakan kambing. Bekas kedelai ludes tak tersisa. Kemudian ada pengkategorian berdasarkan ukuran. Tempe yang baru selesai prosuksi tak bisa langsung dijual. Tapi harus didiamkan 2 hari 3 malam. Sehingga produksi hari ini, untuk diedarkan lusa.
Sarmai mencoba terus bertahan di tengah situasi serba tak pasti ini. Sambil terus berharap kondisi akan stabil. Ia juga tak bisa membayangkan jika itu terus berlanjut. Sempat terpikir olehnya akan mengurangi ukuran tempe. Kemudian terpaksa menaikkan harga jual. Urusan laku atau tidak sudah tidak dihiraukan lagi. Karena tak bisa jika terus-terusan bertahan seperti situasi sekarang. “Banyak tempat produksi tempe lain yang sudah gulung tikar,” tutupnya.
Sementara itu, Pasar Jagasatru tak kena imbas harga kedelai yang meroket. Harga tempe di pasar rakyat itu cenderung stabil. Masih di angka Rp4.500-6.000 ribu. Per potong. Tergantung ukuran. Ketersediaan juga aman. “Harga stabil. Ketersediaan juga selalu ada saja,” ujar salah seorang pedagang tempe dan tahu, Kholil (55), kemarin.
Dia mengatakan, harga naik dan turun sudah biasa. Seperti kebutuhan lain. Misalnya sayur-mayur. Yang mempengaruhi harga tempe itu, kata Kholil, stok dan kebutuhan. Ketika stok banyak namun sepi peminat, di situ harga akan turun.
Sebaliknya, jika ketersediaan sedikit dan permintaan besar maka harga akan naik. Itu juga tidak lama. Harga akan stabil dengan sendirinya. Di akhir 2020 dan awal 2021, imbuhnya, harga tempe dan tahu cenderung stabil. Permintaan masyarakat juga stagnan. Selain tempe dia juga menjual tahu. Yang sama-sama berbahan dasar kedelai. Satu plastik tahu isi 10 dihargai Rp5 ribu. “Tempe cuma bertahan satu hari. Kalau tidak laku ya terpaksa dibuang,” ungkapnya.