BANDUNG BARAT – Ratusan anak masuk rumah sakit jiwa (RSJ) karena kecanduan HP. RSJ Provinsi Jawa Barat mencatat sepanjang 2020, ada 104 pasien berobat ke Klinik Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja.
Rata-rata mereka mengalami masalah kejiwaan terdampak kecanduan game juga gawai. Gejala yang dialami bermacam-macam. Bahkan ada yang sampai cemas hingga risiko bunuh diri.
Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat, Elly Marliyani mengungkapkan, pembatasan sosial akibat Covid-19 tidak dipungkiri menyebabkan banyak anak dan remaja kecanduan gawai.
Menurut WHO, katanya, anak yang telah kecanduan gawai dapat dilihat dari perubahan sikap dan perilakunya.
Umumnya, perubahan mood/emosi termasuk iritabilitas, kemarahan dan kebosanan, gangguan pola tidur dan kualitas tidur yang buruk, depresi dan cemas serta risiko bunuh diri.
Gejala lain terlihat pada masalah kondisi fisik, buruknya kondisi kesehatan secara umum, gizi buruk, kehilangan teman di dunia nyata, konflik orang tua, serta rusaknya produktivitas belajar.
Menurut Elly, dalam merawat pasien kecanduan gawai timnya memberikan terapi berupa konseling dan psikoterapi baik kepada anak dan orang tua.
“Pada kasus-kasus yang berat atau sudah ada gejala gangguan jiwa, bisa juga diberikan obat,” katanya.
Untuk mencegah kecanduan gawai, kata Elly, orang tua dapat membatasi pemakaian maksimal dua jam untuk anak. Kemudian, bisa mendorong anak menggunakan internet untuk hal positif dan produktif.
Memotivasi anak berkegiatan fisik di luar rumah, membatasi akses internet di rumah, serta menjauhkan gawai saat di tempat tidur.
“Orang tua juga bisa menggunakan teknologi dalam memantau penggunaan gawai atau internet, misalnya dengan parental lock dan lainnya” tutur Lina.
Bagi orang tua yang mendapati anaknya mulai kecanduan gawai, dapat mengakses layanan RSJ Provinsi Jawa Barat dengan mengklik fitur Konsultasi Jiwa Online di link berikut. (yud)