Desa-desa di Kabupaten Kuningan memiliki sejarah masing-masing. Tidak sedikit yang mempunyai situs masa lampau yang terpelihara hingga sekarang. Seperti di Desa Sadamantra, Kecamatan Jalaksana. Desa ini tak terlalu jauh dari lereng Gunung Ciremai.
ASEP KURNIA, Jalaksana
Menuju Desa Sadamantra tak terlalu sulit. Letaknya tak jauh dari pusat ibukota kecamatan. Desa yang mayoritas warganya bertani itu menyimpan cerita jaman pra sejarah. Sebab, tak jauh dari pemukiman penduduk setempat, ditemukan bebatuan pra sejarah yang diyakini menggambarkan adanya peradaban jaman dulu. Batu berbentuk menhir itu berdiri tegak seperti gerbang pintu masuk itu sudah ada sejak dulu. Di sekitar lokasi itu juga ditemukan batu yang menyerupai Gunung Ciremai, lengkap dengan bentuk kawahnya.
Kepala Desa Sadamantra, H Rasmad MSi menerangkan, keberadaan bebatuan yang diyakini memiliki sejarah tersebut baru diketahui beberapa tahun ke belakang. Itu setelah salah seorang warganya yang tak sengaja menemukannya. “Kami serta masyarakat, awalnya menganggap biasa-biasa saja seperti alam, tetapi setelah diselidiki dengan para sesepuh, ternyata bebatuan tersebut memiliki keunikan. Bentuknya yang berbeda dengan batu lainnya, membuat kami tertarik,” kata Rasmad.
Dia menceritakan, bebatuan yang ada di Desa Sadamantra diyakini memiliki sejarah atau merupakan gambaran tentang kondisi Gunung Ciremai. Apalagi lokasi desanya tak terlalu jauh dengan Gunung Ciremai. “Ini baru anggapan saja, kalau lokasi tersebut sebuah situs. Tetapi memang harus diselediki dulu kebenarannya oleh para ahli. Supaya anggapan kami benar dan sesuai hasil penelitian. Selama ini kami berusaha menjaga keaslian batu dan lingkungan di sekitarnya,” ujar Rasmad.
Lebih lanjut dikatakan pria berpenampilan klimis itu, bentuk batu yang berdiri dalam posisi seperti berdiri itu, menguatkan kalau bebatuan yang ditemukan di desanya tersebut ada yang menyerupai gunung tertingi di Jawa Barat itu. “Batu-batu yang ditemukan ada yang menyerupai kawah Gunung Ciremai, juga ada dua buah batu jangkung yang mirip gapura yang konon katanya disebut pancer (tiang) Gunung Ciremai. Untuk kebenarannya, kami sendiri tidak tahu,” paparnya.
Anggapan bebatuan bundar yang mirip kawah Gunung Ciremai, dibenarkan oleh beberapa orang yang pernah mendaki dan melihat sendiri kawah tersebut. Saat ini, bebatuan yang telah ditemukan sekitar tiga tahun ke belakang sudah diberi nama oleh pihak pemerintah desa dan para sesepuh setempat. Tercatat, jumlah keseluruhan ada delapan nama. Di antaranya, Batu Semar, Batu Jangkung, Miniatur Kawah Ciremai, Pancarasa, Buyut Jatikersa, Raksa Bayu, Raksa Buana, dan Raksa Banyu. “Penamaannya tidak sembarangan, kami mengambil dari beberapa unsur yang ada. Seperti unsure api, angin dan air yang diseuaikan dengan keberadaan batu tersebut,” tambah pria berkumis tebal tersebut.