Gubuk di Bong China Penggung dirobohkan kemarin. Aliran listrik ikut diputus. Itu dalam rangka memberantas peredaran obat-obatan terlarang. Tapi justru ditemukan dugaan pelanggaran lain. Makam warga Tionghoa banyak yang hilang. Perwakilan dari mereka protes. Minta dihargai sebagai minoritas.
ADE GUSTIANA, Cirebon“MOHON kami sebagai warga minoritas tolong dihargai. Ini (makam Tionghoa, red) makam leluhur diratakan begitu saja, dibikin rumah. Tulang belulang masih ada di dalam (tanah, red). Sakit dong,” ujar Hadi Susanto, perwakilan warga Tionghoa itu.
Hadi juga merupakan pengurus Yayasan Rumah Duka Talang, Kota Cirebon. Kemarin, dia banyak mengadu kepada Kepala BNN Kota Cirebon AKBP Yaya Satyanagara yang memimpin giat tersebut. Hadi meluapkan unek-uneknya yang dipendam bertahun-tahun.
Dia juga aktif memfoto setiap dugaan pelanggaran yang dicurigai. Misalnya soal keluhan-keluhan warga Tionghoa akan banyaknya makam yang hilang. Rata dengan tanah. Padahal sudah sangat yakin kalau letak makam yang dimaksud ada di titik yang dituju. “Di titik ini, tanggal 28 Januari 2020 masih ada makamnya. Sekarang mana? Hilang. Rata dengan tanah, tidak berbekas. Mau lapor juga ke mana? Kita tidak punya bukti apa-apa,” kata Hadi sambil menunjuk titik makam yang dimaksud.
Dia juga menggenggam ponsel seraya menunjukkan foto makam lengkap dengan nisan yang kokoh, lalu tiba-tiba hilang tanpa bekas itu. Ada 2 makam di lokasi yang ditunjuk Hadi itu. “Ini baru salah satu contoh, sementara ada banyak makam Tionghoa lain yang juga hilang rata dengan tanah. Bahkan di atasnya didirikan bangunan,” sesalnya, lagi.
Keluhan keluarga Tionghoa itu biasa ditemukan Hadi saat Cheng Ho. Karena pada saat itu, banyak di antara keluarga mereka datang ke makam di Bong China tersebut. Ya, untuk melihat makam sekaligus mendoakan arwah pendahulu. Hanya saat Cheng Ho makam di Bong China ramai didatangi keluarga masing-masing.
Tahun 2021, Cheng Ho jatuh pada 4-5 April. Tidak heran, kemarin banyak ditemukan pekerja yang melakukan pembersihan makam menjelang momentum tersebut. Beberapa terlihat ada yang memperbaharui warna catnya. Salah satu di antara pekerja bersih-bersih itu, Mukyadi mengaku tidak tahu-menahu soal penjualan obat-obatan terlarang saat ditanya petugas kemarin.