PEKALIPAN – Masuknya daging sapi impor ke pasaran, membuat omzet penjualan daging sapi lokal di Pasar Kanoman menurun. Ditambah faktor pandemi, jumlah pembeli juga dirasakan turun cukup signifikan.
Penjual daging sapi Pasar Kanoman, Hj Emah mengatakan, dua kali bulan puasa di masa pandemi ini, para penjual daging sapi lokal di pasar tradisional merasakan adanya penurunan kuantitas penjualan. Dia mengakui, memang pada saat munggahan atau awal memasuki bulan Ramadan, sempat ada kenaikan penjualan. Dari yang biasanya hanya satu ekor per hari, bisa menjual sampai dua ekor pada masa-masa tersebut. Sehingga menjadikan harga daging sapi lokal sempat naik sedikit.
Tapi, jumlah itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kuantitas penjualan sebelum masa pandemi. Di mana, saat itu, pedagang bisa menjual daging sapi lokal sampai 4-5 ekor sehari. Apalagi ketika mendekati lebaran, akan semakin naik lagi kuantitasnya.
“Yang enak itu ketika belum ada daging impor. Kalau mau lebaran kita bisa menjual sampai 12 ekor. Sekarang sih pas ada daging impor, pembelinya agak berkurang,” ujarnya.
Menurutnya, daging sapi impor yang biasanya dijual beku di supermarket, memang menjadi alternatif bagi para pembeli. Terutama ketika harga daging sapi lokal melonjak naik di masa-masa tertentu. Karena harganya yang relatif lebih murah, bisa mencapai 3/4-nya harga daging sapi lokal.
“Tapi kalau yang ngerti kualitas daging sih nggak mau mengkonsumsi daging impor. Pilihnya beli daging lokal. Walaupun di momen tertentu harganya naik, tapi mereka pembeli setia kita,” ungkapnya.
Dia menambahkan, saat ini, untuk harga daging sapi lokal cenderung kembali normal di kisaran Rp120 ribu per kilogram. (azs)
Omzet Pedagang Daging Turun

