MAJALENGKA – Ketakutan masyarakat “dicovidkan” saat berobat ke rumah sakit (RS) menjadi stigma di masa pandemi ini. Sehingga banyak yang enggan ke rumah sakit untuk memeriksakan gejala yang dirasakan, atau membatalkan kontrol kesehatan rutin karena takut bakal “dicovidkan”.
Menjawab keresahan warga tersebut, pihak rumah sakit khususnya RSUD Majalengka memberi penjelasan. Menurut Dirut RSUD Majalengka, dr Erni Harleni, sampai saat ini keilmuan manusia belum sepenuhnya mengetahui pola penyakit Covid-19. Mulai cara penularan, onset, gejala, termasuk vaksin dan terapi obatnya.
“Hal ini dikarenakan, di era pandemi Covid-19, setiap orang yang hendak berkunjung ke rumah sakit diwajibkan untuk melakukan skrining suhu tubuh,” ujarnya, Rabu (2/6).
Kondisi seperti itu, menurut Erni membuat semua fasilitas pelayanan kesehatan saat ini mewajibkan pasien harus menjalani tes Covid-19. Dan, petugas rumah sakit juga mewajibkan pasien terbuka menerima dengan lapang dada setelah memang dinyatakan terpapar Covid-19.
“Jadi, seharusnya pasien bukan memikirkan ini itu karena kita nggak bisa ubah kondisi tersebut. Tapi kita bisa atur bagaimana bisa membuat kondisi nyaman dan berpikir positif,” katanya.
Apalagi, sambung Erni, pasien membawa penyakit yang menyerupai demam berdarah yang mana, salah satu diagnosa penyakit tersebut menyerupai kriteria terpapar Covid-19. “Begitu juga dengan pasien lain yang datang ke rumah sakit dengan gejala awal seperti, tipus, diare tapi saat pemeriksaan lanjutan ditemukan tanda-tanda Covid-19, maka harus diperlakukan sebagai pasien Covid-19 untuk pengobatannya,” jelasnya.
Erni tak memungkiri stigma “dicovidkan” menjadi isu sangat sensitif. Beragam tuduhan muncul, misalnya sebagai konspirasi global, program misionaris, curiga rumah sakit cari untung, perdagangan vaksin, ditambahi lagi dengan kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk, maka isu Covid-19 semakin tajam.
Pihaknya mengimbau, tak perlu mencurigai rumah sakit mencari keuntungan dalam kondisi saat ini. Sebab, manajemen rumah sakit, dokter, dan paramedis bekerja dengan komitmen sesuai sumpahnya. Tenaga medis sudah banyak berkorban tenaga, biaya, dan nyawa untuk mengatasi wabah ini.
“Patuhi protokol kesehatan. Semoga Allah selalu memberi kita kesehatan yang optimal dan dijauhkan dari penyakit apapun, sehingga tugas-tugas kita tetap berjalan dengan baik,” katanya. (bae)