Selepas dari itu, Indonesia memiliki 467 ribu TNI. Jumlah tentara itu disebar ke seluruh desa yang ada di Indonesia, sebanyak 75.000 desa tadi. Artinya, lanjutnya, 1 desa akan ditangani oleh 6 TNI. Lebih mengerucut, 1 TNI melakukan pendistribusian kepada 15 KK di masing-masing desa. “1 TNI kebagian 15 KK, sehari juga selesai,” imbuh Soenoto.
Kemudian, koordinator tingkat kota/kabupaten, kata Soenoto, dilakukan walikota/bupati serta dandim. Tunaswisma, baik yang hidup menggelandang, pengemis dan sejenisnya, ditampung oleh masing-masing lurah atau kepada desa.
“Negara harus segera menyiapkan dana senilai Rp30 triliun. KPK, Kejagung, Polri, BPK, dan lembaga-lembaga pengawas yang lain harus tetap aktif mengawal dan mengawasinya. Ini harus bisa dilaksanakan, karena ketika kita membagi surat suara untuk Pemilu saja terbukti bisa,” tegasnya.
Tapi Covid-19 tidak hanya berdampak bagi warga miskin. Bagaimana dengan yang lain? Pengusaha misalnya. Secara tegas, Soenoto mengatakan, lapisan masyarakat dengan ekonomi paling rendah harus didahulukan. Dan kembali diingatkan, bahwa ini hanya dilakukan selama 15 hari.
Selama itu, pengusaha bisa memanfaatkan waktu untuk pematangan strategi atau peremajaan komponen pendukung tugas manusia sebagai operator. “Administrasi di kantor bisa diberikan file-filenya. Sistem dibangun lagi. Manajemen disusun lagi. Alat di- maintenance total. Mengganti part yang sudah waktunya diganti,” tandasnya.
Lalu, apa imbas terhadap ekonomi? Berapa lama akan kembali pulih? “Enam sampai 8 bulan,” kata Soenoto, memprediksi ekonomi akan kembali pulih dalam jeda waktu tersebut. Fenomena ini, kata Soenoto, ibarat sebuah pegas. Saat ini sedang ditarik. Dan ketika dilepas akan meroket secara signifikan.
Pemerintah diminta jangan pesimis. Namun wajar, jika merasa prihatin. “15 hari itu nothing buat perjalanan ekonomi,” bebernya. Hukum yang dipakai saat kondisi darurat, kata Soenoto, adalah Salus Populi Suprema Lex, bahwa hukum tertinggi adalah keselamatan rakyat. Dan di saat seperti ini, hukum itu butuh untuk diterapkan demi keselamatan rakyat. “Lakukan. Dan itu harus ada ketegasan dari kepala negara. Jadi jangan gamang. Total lockdown,” tegasnya.
7 ILMU PENDAMPING
PENDEKATAN KUANTITATIF
Di samping pendekatan kuantitatif dan kualitatif, lanjut Soenoto, melaksanakannya diperlukan 7 ilmu. Yakni ilmu virus (virology engineering), finance and social engineering (FiSos Engineering), ilmu perang (militarry engineering), ilmu sistem permodelan (modelling system engineering).