Sehari, 17 Pasien Covid di RSDGJ Wafat

Sehari, 17 Pasien Covid di RSDGJ Wafat
0 Komentar

CIREBON- Rumah Sakit Daerah Gunung Jati (RSDGJ) Kota Cirebon saat ini terus mengalami krisis nakes. Termasuk tim pemulasaran dan pemakaman pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Apalagi pemakaman sampai harus ke luar Kota Cirebon. Seperti ke Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
Berdasarkan data sejak Selasa dini hari (29/6) pukul 01.30 hingga Selasa malam (29/6) pukul 21.31, sudah terdapat 17 pasien Covid-19 meninggal dunia. “Jadi sejak jam 01.30 ada yang tak tertolong. Pasien meninggal itu didominasi dari Kabupaten Cirebon, lalu Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan,” ujar Kasubag Humas RSDGJ Arif Wibawa Rukmana SKep MPH, tadi malam.
Selain dari Cirebon, RSDGJ juga melayani pasien yang berasal dari Bandung. Pemakaman warga Bandung itu dilakukan di Majalengka. Kemudian ada juga yang dari Sumedang yang oleh keluarganya minta dimakamkan di TPU Kedung Menjangan Kota Cirebon. “Jadi petugas pemulasaran cukup kewalahan,” terang Arif kepada Radar Cirebon.
Arif mengungkapkan, kondisi ini mengakibatkan tenaga kesehatan yang bertugas kewalahan dan hampir tidak ada istirahat. “Jadi mereka itu (tim jenazah) dari pagi. Misalnya tidak ada jenazah kasus Covid-19, yang jaga ada dua orang. Dari pagi sampai siang, dari siang sampai sore, dari sore sampai malam hingga pagi. Tapi kalau ada yang meninggal karena Covid-19, pemulasaran bisa untuk 2 orang. Tapi ada yang mengangkat peti jadi 4 orang,” tambah Arif.
Arif mencontohkan, ketika ada yang dinas malam hari, maka bisa pulang ke rumahnya sampai siang dikarenakan membantu tenaga kesehatan yang lain untuk bertugas pemulasaran hingga pemakaman. “Misalkan yang libur habis lepas malam, liburnya 1 orang, 1 tetap masuk ditarik untuk bantu yang siang. Saking meningkatnya jumlah kematian. Kalau mereka punya gejala, harus lapor ke kepala forensik untuk dilakukan pergantian. Saling menutupi,” tandas Arif.
Untuk sekarang ini, terdapat 7 tenaga kesehatan yang bertugas di penanganan jenazah. 5 untuk pemulasaran, 1 untuk rohaniawan, dan 1 sopir ambulance. Hal lain yang dilakukan oleh tim jenazah adalah memberikan edukasi kepada keluarga, yakni pemakaman sesuai protokol kesehatan. “Kadang keluarga tidak terima. Itu sering terjadi perdebatan. Diedukasi malah gontot-gontotan menolak prokes. Kalau begitu, kita hanya bisa melaporkan kepada pihak yangberwenang untuk menertibkan,” kata Arif.

0 Komentar