SUMBER-Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas di sekolah segera dibuka. Tepatnya, 6 September mendatang.
Rencana ada 1200 siswa mengikuti PTM terbatas. Dan harus mengikuti sejumlah aturan. Ketat. Namun, ada prasyarat yang mesti ditempuh. Yakni, mengikuti swab test. Di Kabupaten Cirebon, SMA Negeri 1 Sumber menjadi contohnya.
Guru dan pegawai SMAN 1 Sumber mengikuti swab test. Plt Kepala SMAN 1 Sumber, Drs H Hartono MM mengaku sebagai syarat utama persiapan PTM semua guru dan pegawai harus diswab test dan divaksin.
“Dan SMAN 1 Sumber mendapat program swab test dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon,” ujar Hartono, kemarin.
Menurutnya, untuk vaksinasi, semua guru sudah mengikutinya, pun juga siswanya. Hanya saja, bagi kalangan pendidik, ditambah dengan swab test. Artinya, semua persyaratan sudah ditempuh.
“Untuk swab, tidak ada istilah kemarin kan sudah divaksin. Kenapa sekarang diswab. Ini sebagai persyaratan saja. Jadi sudah clear. Lalu nunggu apa lagi untuk PTM. Sarana sudah siap. Prokes tentu kita jalankan,” katanya.
Ia berharap, rencana PTM kedepan tidak mendapat hambatan. Sebab, semua tahapan kebutuhan dibukanya PTM sudah dipenuhi. “Harapan kami sekolah bisa disegerakan,” tuturnya.
Ketika PTM dibuka, lanjut Hartono, tentunya ada mekanisme yang diberlakukan. Yakni, tidak semua, mengikuti pembelajaran di sekolah. Hanya 50 persennya saja. “Digilir gitu. 50 persen PTM. 50 persennya lagi daring,” terangnya.
Gambarannya, sambung Hartono, dalam satu minggu, siswa dari kelas X sampai kelas XII yang mengikuti PTM sebanyak 50 persen. 50 persen lainnya, mengikuti pembelajaran secara daring. Setelah selesai satu minggu, digilir.
Mereka yang tadinya PTM, gantian untuk pembelajaran daring. “Yang tadinya belajar daring, jadi ikut PTM. Begitu seterusnya. Intinya dua metode pembelajaran itu tetap diberlakukan. Daring dan PTM,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakasek SMAN 1 Sumber, Dr Jajuli SPd MM mengaku selain memberlakukan 50 persen PTM per minggu, sekolah pun melarang kantin buka. “Artinya, siswa harus membawa bekal sendiri dari rumah, mengingat kantin masih tutup,” ucapnya.
Kemudian, tambah Jajuli, ketika terdapat siswa, guru atau pegawai, yang suhunya melebihi ambang batas, pihak sekolah melakukan berbagai tindakan. Pertama diisolasi mandiri di sekolah. Ada ruangan yang sudah disiapkan. Kedua, dirujuk, ke rumah sakit terdekat. “Ketiga, kembali ke rumah, untuk melakukan isolasi mandiri,” pungkasnya. (sam)