Semua satuan pendidikan, kata sekda, harus lakukan persiapan secara matang. “Semua harus mempersiapkan sarana dan prasarananya. Saya harapkan teman-teman minggu ini sudah mulai mempersiapkan. Nanti kita lihat apakah Senin bisa memulai PTM secara terbatas,” tuturnya.
Pada PTM Terbatas tersebut, nantinya akan diterapkan belajar mengajar dengan batasan maksimal 30 menit per mata pelajaran dan maksimal 2 jam dalam satu hari. Selain itu juga, untuk pengaturan pembagian waktu masuk sekolah, juga akan diserahkan kepada masing-masing sekolah.
“Jadi tidak dilakukan sekaligus 50 persen itu. Bisa saja dengan kapasitas sarana prasarana yang ada, hari Senin-Selasa itu kelas 1-2 SD, dan kelas 1 SMP serta sisanya akan mengikuti secara daring. Rabu-Kamis kelas 3-4 SD dan kelas 2 SMP, dan begitu seterusnya. Ini blended learning, hybrid, seperti itu. Sehingga tidak jadi klaster baru. Pembukaan PTM ini dampaknya signifikan. Ada mobilitas masyarakat, anak sekolah, orang tuanya, ekonominya, lalu lintasnya. Semua harus diperhatikan. Jangan sampai menimbulkan peningkatan kasus,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Cirebon Lilik berharap bisa segera kembali ke PTM. “Kita sudah diberikan arahan terkait PTM Terbatas. Jadi kita pelaksanaan PTM walau terbatas, tapi didahului rapat koordinasi persiapan sekolah. Mudah-mudahan Senin bisa dilakukan,” ujar Lilik.
Dirinya juga menegaskan bahwa SMPN 1 Ciebon sudah melakukan persiapan sejak beberapa bulan lalu. Sarana prasarana semua sudah disiapkan. “Ruangan darurat, wastafel depan kelas, sudah dipersiapkan semuanya. Bahkan kita menjelang tahun ajaran baru kita sudah simulasi untuk divideo-kan. Ternyata Covid-19 meningkat lagi sehingga ada PPKM. Jadi sebenarnya kami sudah siap,” terang Lilik.
Senada disampaikan Kepala SMPN 11 Cirebon Kamid SPd MPd mengatakan siswanya antusias divaksin. Vaksinasi, lanjut Kamid, jadi bagian dari upaya untuk menggelar PTM. “Anak-anak nampaknya sudah antusias untuk masuk sekolah, termasuk orang tuanya,” ungkap Kamid kepada Radar. (ade/jrl)