Tepat di belakang masjid, ada rumah nenek Faozan. Dan kini, telah diwakafkan untuk masjid. Dijadikan shaf khusus perempuan. Karena itu merupakan pesan almarhumah sebelum meninggal. Di antara shaf laki-laki dan perempuan, ada ruang cukup. Panjang sekitar empat meter.
Ruang yang juga akses jamaah menuju tempat wudhu itu kerap dijadikan shaf salat tambahan. Khususnya bagi laki-laki. Yaitu ketika shaf di dalam penuh. Seperti waktu Salat Jumat itu. “Sebelum ada shaf perempuan, laki-laki dan perempuan dicampur. Hanya dipisah hordeng,” terang Faozan.
Perempuan di kiri. Dan laki-laki di shaf kanan. Masjid-masjid terdahulu, identik seperti itu. Penambahan shaf perempuan di Masjid Jagabayan tersebut dilakukan tahun 1992.
Bangunan masjid yang ditopang atap dari kayu itu memang sudah setengah modern. Lantai hingga setengah dindingnya sudah keramik. Didominasi cat warna merah. Juga ada empat kipas yang menjaga jamaah dari hawa panas Pesisir Pantura saat sedang menunaikan salat.
Pun di tempat wudu. Sudah menggunakan mesin pompa air. Jamaah tinggal membuka keran agar air bisa mengucur. Juga disediakan toilet.
Tak kalah menarik pandangan mata, yaitu adanya sumur. Konon sumur itu juga dikeramatkan. Bahkan airnya tak pernah surut. Sekalipun saat musim kemarau berkepanjangan. Dan hingga kini sumur tersebut masih aktif. Bisa digunakan. Seutas tali timba dari karet dikaitkan dengan ember. Untuk memudahkan mengambil air dari sumur tersebut. “Kalau zaman dulu kan sumur untuk wudu,” jelas Faozan.
Laki-laki yang saat ini berdomisi di Perumnas, Kota Cirebon, itu menjadi sangat sibuk ketika malam Jumat Kliwon. Masjid Jagabayan banyak kedatangan tamu. Bisa sampai 700 hingga lebih dari 1.000 orang. Tentu kedatangan mereka bergilir. Karena ruang yang ada tak akan cukup menampung.
Dimulai bakda Ashar. Berakhir tengah malam. Mereka datang untuk berdoa. Rupa-rupa keinginannya. “Ada yang minta buat tujuh bulanan, minta kesembuhan, bikin rumah, bantuin usaha, kenaikan pangkat, dan lain-lain,” beber Faozan.
Kamis malam di setiap pekan, tamu juga tak pernah absen. Tapi memang kedatangannya tak seramai saat malam Kliwon. Dia mengaku mengembalikan semua kepada Allah SWT. Datang ke Masjid Jagabayan, dianggap sebagai ikhtiar.