“Dulu, waktu kasus pertama, sudah laporan ke desa tapi. tidak ada titik terang. Jadi yang sekarang ini langsung saja laporan ke Polres Cirebon Kota. Saya minta perlindungan. Saya sudah ke Polres Ciko dan juga KPAID (Komisi Perlindungan Anak Indoensia Daerah) Kabupaten Cirebon. Tinggal menunggu takdir saja, keadilan seperti apa,” tutur pria penjual bakso itu.
IS tak tahu mengapa pelaku begitu membenci anaknya sampai melakukan penganiayaan yang sadis tersebut. Dia juga belum tahu permasalahan apa yang membuat pelaku menganiaya anaknya. Tapi, kata IS, sebelum kejadian itu, pelaku sempat menantangnya dengan
alasan tak jelas.
IS sempat mengklarifikasi tujuan pelaku menantangnya. Saat itu pelaku mengaku tidak terima lantaran GP menyiram nasi kepadanya. Tapi IS tidak meladeni apa yang disampaikan pelaku. Ternyata setelah itu, saat IS keluar rumah untuk menjemput istri, ternyata sang anak dianiaya pelaku. Wajahnya sampai ditempelkan ke knalpot motor.
Kapolres Ciko AKBP Fahri Siregar yang disampaikan oleh Kasat Reskrim AKP I Putu Asti Hermawan membenarkan keluarga korban sudah mendatangi Polres Ciko untuk membuat laporan secara resmi. “Sedang ditangani,” kata Putu.
Terpisah, Sudiana, aparat Desa Pegagan Lor mengatakan pihaknya juga sudah kedatangan orang tua korban dan melaporkan kejadian tersebut.
“Setelah korban laporan ke Polres Ciko, orang tua korban datang ke saya menerangkan kronologisnya. Saya juga lihat pipi korban ada luka. Jadi orang tua langsung laporan ke polisi pengen ngasi pelajaran ke pelaku. Karena sudah sering menganiaya korban,” kata Sudiana kepada Radar Cirebon.
Menurut Sudiana, kejadian yang dilakukan oleh pelaku sudah berulang kali. Bahkan Sudiana mengatakan aksi nakal pelaku yang dilaporkan ke aparat desa sudah sebanyak tiga kali. Sebelum GP, temannya juga pernah menjadi korban.
“Sekarang ketiga kalinya. Kayaknya pelaku ada kelainan. Cara nyiksa juga keterlaluan. Dulu, waktu kejadian dulu, saat mediasi orang tua pelaku ngotot membela anaknya dan selalu nantang. Karena pelaku tidak mengakui perbuatannya,” kata Sudiana.
Kenakalan pelaku, masih kata Sudiana, sudah terkenal di daerahnya. Sasarannya selama ini adalah anak di bawah umur. Rata-rata adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Saat diklarifikasi, lanjut Sudiana, biasanya pelaku pandai mengelak dan tidak mau mengakui perbuatannya.