Santana Kesultanan Cirebon juga menolak penobatan Sultan Aloeda II Rahardjo Djali sebagai penerus takhta Keraton Kasepuhan Cirebon. Dirinya mengklaim sebagai ahli waris dari Keraton Kasepuhan, karena memiliki Babon Silsilah dari ayah dan ibu sebagai Dzuriat Sunan Gunung Jati.
Terakhir, ada Family Kesultanan Cirebon. Salah satunya digawangi Ratu Mawar dari Keraton Kanoman. Beberapa pihak termasuk sebagian dari Keluarga Mertasinga bergabung melakukan penolakan bahkan saat prosesi jumenengan PRA Luqman Zulkaedin.
Family Kesultanan Cirebon juga menolak jumenengan Rahardjo Djali sebagai Sultan Aloeda II. Mereka menginginkan kekusaan sultan dikembalikan kepada trah Sunan Gunung Jati (SGJ).
Sementara di Wisata Keraton Kasepuhan, kemarin tampak berjalan seperti sediakala. Wisatawan rombongan menggunakan bus atau kendaraan roda dua/empat datang silih berganti. Pemandu wisata keraton yang kebagian sibuk. Di tengah gejolak yang ada mereka bertugas seperti biasa. Seolah Keraton Kasepuhan memang sedang baik-baik saja.
Pedagang di sekitar Alun-alun Kasepuhan juga ramai. Tak terganggu dengan proyek alun-alun yang ditargetkan rampung akhir tahun ini.
Direktur BPKK Ratu Raja Alexandra mensyukuri peningkatan pengunjung. Setelah pariwisata benar-benar terdampak Covid selama 2 tahun terakhir. “Peningkatan pengunjung sampai 50 persen. Terutama setelah Kota Cirebon masuk PPKM Level 2,” katanya, Selasa lalu (19/10). (*)