Menurut Karna, banyak pemimpin-pemimpin terdahulu menggunakan bahasa daerah saat berpidato dan tidak menjadi persoalan. “Toh yang lain menggunakan Bahasa Jawa ya sudah biasa. Pak Presiden menggunakan Bahasa Jawa dari zaman Pak Harto juga biasa kan. Tidak menjadi persoalan,” ucapnya.
Khusus pernyataan Arteria, Karna Karna menyebutkan sangat disayangkan. “Tentu saya sangat menyayangkan. Ya orang Sunda terusik, tersinggung. Yang menggunakan Bahasa Inggris aja boleh, kenapa Sunda gak boleh? Mudah-mudahan dia (Arteria) segera mengklarifikasi itu, minta maaf juga,” tukas Karna.
Terpisah, Ketua Badan Pengurus Distrik Ikatan Mahasiswa Angkatan Muda Siliwangi (BPD IMA-AMS) Kabupaten Majalengka Budi Antono SAp MIpol juga mengatakan pihaknya tersinggung dengan pernyataan Arteria Dahlan. “Kami sebagai masyarakat Sunda terusik dan merasa terhina dengan pernyataan anggota DPR Arteria Dahlan yang tidak menghargai nilai budaya bangsa. Padahal dia dibesarkan oleh PDIP yang mengedepankan nilai persatuan dan menghargai perbedaan budaya dan bangsa,” kata Budi Antono, kemarin.
Sebagai bagian dari masyarakat Sunda, Budi Antono mendesak Arteria meminta maaf kepada masyarakat Sunda. “Kepada Ketua Umum PDIP, kami sebagai bagian dari masyarakat Sunda meminta untuk memberikan sanksi dan peringatan keras kepada saudara Arteria Dahlan. Jangan lupa Marhaen lahir di tanah Sunda dan berjaya di tanah Sunda,” tandasnya.
Anggota DPR RI KH Maman Imanulhaq juga menyayangkan pernyataan yang keluar dari mulut Arteria Dahlan. Menurut Kiai Maman, pernyataan itu malah menyakiti masyarakat Sunda. Padahal, kata politisi PKB itu, banyak juga tokoh yang kerap menggunakan bahasa daerahnya masing-masing saat menggelar rapat dengan jajarannya.
“Saya legislator dan juga perwakilan masyarakat Jawa Barat, khususnya wilayah Majalengka, Subang, dan Sumedang, menyayangkan pernyataan dari saudara kita Arteria Dahlan,” kata Kiai Maman kepada media, Rabu (19/1). Kiai yang kerap ceramah memakai Bahasa Sunda ini pun meminta Arteria untuk meminta maaf dan memberikan klarifikasi atas pernyataannya yang dinilai melukai masyarakat Sunda. Jangan sampai, imbuh Kiai Maman, permasalahan ini berlarut-larut dan menjadi semakin besar.
“Bangsa kita bangsa besar, jangan dinodai oleh pernyataan-pernyataan yang justru memecah belah di tengah upaya kita dalam moderasi keberagamann. Saya pun ingatkan kepada para tokoh untuk juga berhati-hati dalam mengeluarkan statemen, apalagi menyinggung SARA,” katanya.