JAKARTA- Waspada. Kasus harian Covid-19 di Indonesia mulai melonjak. Rabu (26/1), tercatat 7.010 kasus harian. Dari jumlah itu, DKI Jakarta adalah provinsi dengan kasus harian tertinggi; 3.509 kasus. Diikuti Jawa Barat dengan 1.619 kasus baru.
Sementara itu, dengan penambahan tersebut, kasus Covid-19 di Indonesia hingga kemarin berjumlah 4.301.193 kasus. “Untuk pasien sembuh hari ini (kemarin) 2.582. Total orang yang pulih mencapai 4.127.662. Sementara kasus kematian 7 kasus baru. Jadi total kasus kematian 144.254,” kata Jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi, Rabu (26/1).
Provinsi DKI Jakarta diketahui mengalami penambahan 3.509 kasus. Dari jumlah tersebut, transmisi lokal sebanyak 3.325. Sedangkan pelaku perjalanan luar negeri 184 kasus. Kemudian diikuti oleh Jawa Barat dengan 1.619 kasus Corona. Kasus tersebut terdiri atas 1.607 transmisi lokal dan sebanyak 12 dari pelaku perjalanan luar negeri.
Di Jakarta sendiri tingkat okupansi atau keterisian tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19 naik jadi 38 persen. Okupansi ini tercatat di 140 rumah sakit rujukan. Jumlahnya mencapai 1.464 orang. “Memang ada peningkatan dari 33 persen menjadi 38 persen. Adapun total kapasitas tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 di 140 rumah sakit di Jakarta mencapai 3.853 tempat tidur,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria.
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan tak perlu panik tapi harus waspada. “Yang perlu kita lakukan yang pertama adalah kita tidak perlu panik tapi harus terus waspada dan hati-hati. Kita perlu pastikan protokol kesehatan tetap berjalan, memakai masker, mencuci tangan, dan mengurangi kerumunan,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers virtual Senin (24/1).
Untuk memaksimalkan protokol kesehatan, data PeduliLindungi boleh dibuka publik sehingga masyarakat bisa melihat lokasi-lokasi mana yang menerapkan disiplin protokol kesehatan. Hal ini dapat membantu mengontrol penggunaan PeduliLindungi di fasiltas publik maupun di kantor.
Di samping itu, pemerintah juga terus gencarkan pelaksanaan surveilans. Karena kasus Omicron semakin banyak, maka tidak semuanya menggunakan metode genome sequencing. Pasalnya metode genome sequencing akan lebih diarahkan untuk menganalisa pola penyebaran kasus Omicron.
“Untuk tracing kasus kita akan menggunakan PCR yang lebih cepat dengan SGTF yang bisa mendeteksi Omicron. SGTF sudah kita distribusikan dan akan segera kita tambah untuk didistribusikan ke daerah,” ucap Menkes Budi.