Ia juga mengingatkan bahwa siswa yang terlibat tawuran dan diproses secara hukum akan merugikan siswa itu sendiri. Dampaknya, kata Fahri, ketika akan membuat SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) untuk kuliah atau pekerjaan, maka ada catatan kriminal yang terdata di kepolisian.
“Jadi kalau siswa terlibat kriminal, maka yang rugi mereka sendiri. Khususnya saat mereka lulus dan membutuhkan surat SKCK untuk melamar pekerjaan atau meneruskan kuliah, itu ada datanya. Jadi lebih baik hindari. Mulai dari sekarang stop tawuran, stop geng motor, dan semua bentuk kejahatan lainnya,” pesan Fahri.
Sementara itu, Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis SH mengungkapkan pihaknya menyambut adanya kegiatan tersebut. Menurut Azis, tujuan utamanya adalah bagaimana melakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya tawuran, geng motor, dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
“Ini digagas Kapolres Ciko dan di-back up seluruh jajaran Forkopimda. Melalui deklarasi ini, kita kedepankan upaya pencegahan. Selama ini, kalau ada tawuran atau geng motor, biasanya kita langsung tindak. Tapi pola yang akan dikembangkan saat ini kita ingin cegah. Salah satunya melalui deklarasi ini,” kata Azis.
Masih kata kata Azis, nantinya para duta yang mendeklarasikan diri pada acara tersebut akan melakukan sosialisasi kepada provokator tawuran. Bahkan, duta anti tawuran itu bisa menjadi informan kepada pihak yang berwajib untuk bisa melakukan cegah dini.
“Kami Pemkot Cirebon berterima kasih dan memberikan perhargaan setinggi-tingginya kepada Polres Cirebon Kota. Ini langkah produktif yang kita tunggu-tunggu,” ujar Azis.
Sementara itu, deklarasi yang dipusatkan di SMK Muhammadiyah Kedawung juga dihadiri jajaran Forkopimda. Antara lain Bupati Cirebon Drs H Imron MAg, dan Ketua DPRD Mohammad Luthfi.
Pada kesempatan tersebut Wakapolres Cirebon Kota Kompol Ahmat Troy Aprio mengatakan pasca aktifnya kembali PTM, kasus tawuran kembali meningkat. Sehingga, pihaknya perlu mendorong adanya deklarasi ini.
Untuk mengantisipasi tawuran kembali terjadi, pihaknya sudah mendata sekolah-sekolah yang sering terlibat aksi tawuran. “Biasanya tawuran terjadi karena ada sekolah yang karena berdekatan atau karena rutenya harus melintasi sekolah lainnya, saat berangkat atau pulang sekolah,” kata Troy.