Meski sudah berlangsung setiap tahun, merayakan Idul Fitri di tanah rantau tetap saja terasa berat. Kembali lagi, ini adalah tuntutan pekerjaan yang harus dilakoni. Demi nafkah keluarga. Terima kasih kepada gawai yang mampu jadi pelipur rindu walau sebatas saling tatap dari jarak jauh.
ADE GUSTIANA, Cirebon
SEMOGA saja staf humas PT KAI Daop 3 Cirebon Nurul Wulan tak tersinggung ketika ditanya kapan kembali ke kantor setelah libur Idul Fitri tahun ini. Karena ia belum merasakan libur. “Malah belum libur nih,” kata Wulan kepada Radar Cirebon, Jumat siang (6/5).
Rupanya itu berlaku sedikitnya bagi 1.300 pegawai tetap KAI yang lain di Daop 3 Cirebon. Di saat masa angkutan Lebaran, mereka sedang sibuk-sibuknya. Semua divisi. Apalagi yang langsung bersinggungan dengan penumpang. Misalnya bagian loket hingga petugas pengecekan tiket dan keamanan.
Tahun ini, lonjakan penumpang mudik begitu terasa. Okupansi hingga 70 persen dari kapasitas tempat duduk. Setelah 2 tahun sempat ‘puasa’ karena pandemi. Meski tak seramai saat sebelum Covid-19 –tahun 2020 ke bawah.
Pegawai KAI tak boleh ambil cuti selama masa angkutan Lebaran: H-10 hingga H+10 nanti. Semua difokuskan untuk kelancaran arus mudik dan balik. Tak terkecuali bagi jabatan sekelas manager. Seperti Manager Humas Daop 3 Cirebon Suprapto yang biasa dihadapkan dengan kondisi itu. Kurang lebih selama karirnya di PT KAI 28 tahun terakhir.
Di saat ayah sekaligus suami yang lain Salat Idul Fitri dengan memboyong keluarga, Suprapto sengaja datang lebih awal untuk Salat Id di Masjid Raya At Taqwa, Jalan Kartini, Kota Cirebon. Ia ingin kebagian saf salat di dalam. Berangkat dari mess di Jalan Olahraga, Suprapto datang seorang diri. Bertemu dengan rekan kerja lain di masjid itu.
“Jam 7 sampai setengah 8 halal bihalal (maaf-maafan, red) dengan keluarga lewat WhatssApp (video call). Syukur sekarang bisa video call jadi bisa lihat langsung wajah-wajahnya,” ungkap Suprapto saat ditemui di kantor dinasnya kemarin.
Masih di mess di Jalan Olahraga itu, Suprapto merayakan Idul Fitri seyogyanya keluarga pada umumnya. Hanya saja, istri dan anak Suprapto menyapa dari jauh di kampung halamannya di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Kepada Radar Cirebon, Suprapto memeragakan bagaimana kehangatan keluarga mereka meski hanya saling sapa melalui telepon genggam masing-masing.