Meski ada jam digital DKM masih berpatokan pada bayangan sinar matahari untuk menentukan waktu salat. Kadang karena itu juga waktu salat di masjid yang didominasi cat berwarna merah itu berbeda dengan waktu salat di masjid lainnya. “Jamaah ada yang nanyain, kenapa waktu salat di sini (Masjid Merah Panjunan) kok agak lama. Ya kalau mau cepet di masjid yang lain,” imbuh Irfan.
Ia menambahkan, apa yang dilakukan dalam menentukan waktu salat berdasarkan bayangan sinar matahari semata-mata untuk memertahankan tradisi dan budaya masjid setempat. Jangan sampai hilang apalagi punah. “Karena cara seperti itu sudah dilakukan sejak awal masjid ini dibangun,” ungkap Irfan.
Hanya saja pantulan sinar matahari pada benda dari kuningan itu merupakan revolusi dari cara serupa pada media yang berbeda. Saat masjid baru saja berdiri, kata Irfan, media untuk memantulkan bayangan sinar matahari tertancap pada ruang yang saat ini dijadikan saf salat perempuan. Dan sundial itu lebih besar.
“Kalau yang masih bertahan hingga saat ini dan terbuat dari kuningan, menggantikan penunjuk waktu yang lama sekitar pada tahun 1970an, di saat saya masih kecil,” jelas Irfan. Yakni berbarengan dengan merenovasi tempat wudhu masjid setempat.
Sekilas, sundial yang masih bertahan hingga sekarang tak begitu terlihat dalam pandangan. Jika baru saja melewati gerbang atau pintu utama, letaknya di sebelah kanan atau mengarah ke lokasi untuk wudhu. Benda yang ditancapkan lurus ke atas itu dialasi sebongkah keramik berbentuk persegi. Namun tak banyak masyarakat tahu fungsinya.
Tentu, karena mengandalkan sinar matahari, sundial dibiarkan ada pada ruang terbuka. Tak terhalang bangunan atap. Meski tampak sederhana namun sangat vital.
Arsitektur Masjid Merah Panjunan sebagian besar masih orisinil. Terletak di Kelurahan Panjuanan, sebuah kawasan yang sejak dulu menjadi kawasan keturunan Arab. Masjid ini menjadi tujuan destinasi wisata religi, terutama ziarah.
Meski letaknya di tengah permukiman, namun masjid ini sangat tenang dari kebisingan. Warga Cirebon menyebut Masjid Merah Panjunan karena bangunannya terbuat dari susunan batu bata merah. Seperti halnya masjid kuno lain, tinggi bangunannya rendah, ditopang saka tatal sebagai tiang pemancang yang terbuat dari kayu jati.