Momentum awal pandemi Covid-19 mencatatkan rekor penambahan kasus terbanyak pengidap HIV/AIDS di Kota Cirebon: 324 kasus/tahun 2020. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon Sri Maryati menyatakan itu sebagai satu hal yang menarik perhatian. Butuh penelitian yang mendalam. “Karena saat situasi pandemi tahun 2020 temuan HIV/AIDS lumayan tinggi,” tuturnya.
Dikatakan, jumlah rata-rata penambahan kasus sebelum pandemi ada di angka puluhan. Tinggi-tingginya seratusan pengidap per tahun. Tak sampai 200 orang. Kita ambil contoh selama lima tahun terakhir: 2016 sebanyak 132 Orang dengan HIV/AIDS (ODIV) baru. Tahun 2017-2019: 91, 65 dan 189 ODIV. Januari-Oktober 2021: 214 ODIV.
Sementara selama sepuluh tahun terakhir, penambahan kasus baru terendah saat tahun 2011 dan 2012. Yakni 35 dan 32 ODIV. Risiko penularan paling banyak dari hubungan seks yang berisiko: ganti-ganti pasangan atau melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah tertular HIV/AIDS. Mayoritas dari mereka usia produktif. Antara 19-55 tahun.
Menurut Sri, Kota Cirebon masih terus berupaya membongkar fenomena gunung es. Di mana permukaan dalam yang tak terlihat, perlahan bisa terkuak. Akan bisa terbongkar berkat kerjasama semua lini.
Selain KPA dan petugas kesehatan melalui puskesmas, yaitu LSM Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Cirebon. Yakni melalui tes rutin yang menyasar golongan berisiko terinveksi HIV/AIDS. Kesadaran mereka yang memiliki risiko tertular untuk memeriksakan diri, Sri bilang, juga meningkat.
“Alhamdulillah, mereka yang berisiko sudah banyak yang mau memeriksakan diri. Kota Cirebon sedang berupaya membongkar bongkahan gunung es yang di bagian bawah. Sehingga semua kasus bisa terlihat,” ungkap Sri. (*)