“Pak bupati dan wakil, saya berjanji tahun depan, satu sampai delapan Juni kita buat lagi Gegesik Creative Festival lebih gede dari sekarang. Dan mudah-mudahan kita bisa hadirkan pejabat dari Jakarta untuk hadir di sini (Gegesik, red),” beber Budi.
Penutupan Gegesik Creative Festival (GCF) sekaligus meresmikan Gedung Kesenian Gegesik. Berlokasi tepat di samping Balai Desa Gegesik Lor. Untuk itu Budi mengapreasi Pemkab Cirebon. Tapi, fasilitas gedung ini belum memadai untuk mengadakan pentas. Sekadar menyediakan tempat. Itu, juga disadari Camat Gegesik yang juga ketua panitia GCF Indra Fitriani.
“Gedungnya sudah jadi tapi belum ada fasilitas seperti lampu dan lain-lain. Tapi kalau ada acara masih bisa dilakukan di alun-alun (Gegesik, red). Tak ada rotan akar pun jadi,” ujar bekas camat Suranenggala itu, usai mengantar Wamendes Budi Arie kembali ke Jakarta.
Fitri menambahkan, GCF berlangsung secara mandiri. Tanpa sokongan dana dari pemerintah daerah. Tapi, urunan dari desa di Kecamatan Gegesik dan para sponsor. Ia bersyukur semua bisa terselenggara dengan sukses.
Selain menyuguhkan pentas kesenian, Gegesik juga kaya akan seniman. Terus diregenerasi melalui pelatihan-pelatihan. Yakni melalui sanggar seni yang tersebar di setiap desa. Peserta yang mayoritas anak-anak itu rutin mengikuti kegiatan tersebut. Secara terjadwal.
Setiap acara kesenian seperti peringatan Maulid Nabi, wilayah Kecamatan Gegesik menjadi yang paling ditunggu. Dibanding wilayah lain di barat Kabupaten Cirebon. Karena selalu menunjukkan eksistensi. Maksimal dalam setiap pertunjukan.
Gegesik Kreatif Festival melibatkan semua sanggar yang ada di Kecamatan Gegegsik. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Yaitu, anak-anak sekolah. Mereka jadi lakon dalam setiap pentas yang ditampilkan. Sebelumnya, telah melalui latihan. Sehingga ketika waktunya, para anak-anak itu bisa tampil maksimal. (*)