Keuntungan atau laba bersih RM itu dibagi sesuai point yang diperoleh masing-masing karyawan. “Sehingga semua merasa senang, saling menjaga, saling mengawasi. Semua berjuangan untuk mengumpulkan point itu,” jelas Edial.
Satu di antara mereka berbenturan atau terjadi masalah, imbuh Edial, RM Padang lain merasa terganggu. Karena konflik internal itu dirasa akan merugikan dan mengurangi kepercayaan konsumen. Apalagi sampai ada yang berbuat curang. “Jadi semua saling mengontrol. Semua merasakan keberuntungan untung bersama,” jelas Edial.
Tapi bukan berarti tak ada persaingan bisnis. Persaingan bisnis itu, kata Edial, terjadi namun tak sengit seperti sekarang. Karena RM Padang pada tahun 1900-an belum menjamur.
Yang juga diinggat Edial tentang RM yang khas dengan lauk-pauk rendang dan sambalnya ini yaitu sangat menghormati nilai-nilai agama. Memilih tutup sementara saat mendekati waktu Salat Jumat -pukul 11.00. Dan baru buka lagi sekitar pukul 13.00.
“Memang, RM Padang ini makanan halal ya halal bener. Mereka salat, seluruh karyawan juga salat (Jumat, red). Dan saat Ramadan mereka tutup semua, ngga ada yang buka satupun,” beber Edial.
Kesadaran melakukan itu bukan dari perintah. Apalagi aturan yang tertulis. Mereka melakukan itu, jelas Edial, secara mandiri. Sesuai ajaran agama. Adat, imbuh ia, bersanding dengan syarat. Dan syarat, bersanding dengan kitab suci Al Quran.
“Syarat itu aturan, nah aturannya bersumber pada kitab yaiu Alquran. Jadi, sosial kontrol di Sumatera Barat sangat tinggi. Dan itu terbawa sampai mereka merantau,” ucapnya.
Masyarakat Padang yang merantau, kata Edial, harus bisa menyesuaikan dengan kondisi di mana mereka tinggal. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Harus bisa beradaptasi dengan kondisi sekitar.
Sehingga perantau asal Sumatera Barat, tutur Edial, harus mencari saudara dan bapak angkat. Saudara yang dimaksud, bisa dengan tetangga atau masyarakat lain di sekitar ia tinggal. “Itu prinsip kalau dia ingin merantau,” ujarnya.
Di Wilayah III Cirebon, Edial bilang, kurang lebih ada 10 ribu kartu keluarga. Mereka asli Padang dan turun-temurun di tanah rantau. Seiring berjalan waktu para pendatang itu ada yang menikah dengan warga lokal. Juga ada yang memilih kembali ke kampung halaman. Membuka RM Padang, imbuh ia, hanya sebagian kecil pekerjaan yang dijalani. Lainnya, berdagang berbagai macam jenis usaha.