Disinggung faktor munculnya pasien Covid-19, Erwin mengatakan bisa jadi karena karena kontak dengan yang positif tapi tidak diketahui. Selain itu karena longgarnya prokes di masyarakat setelah menganggap kasus sudah menurun. “Penurunan diagnostik testing, seperti tidak melakukan PCR. Atau saat sakit tidak diskrining bisa menjadi salah satu factor munculnya kenaikan Covid-19. Jadi diagnostiknya rendah,” jelasnya.
Selain itu, Erwin menambahkan, terkait faktor kekebalan tubuh. “Paling rentan itu pasien komorbit yang resikonya besar. Agar transmisinya rendah adalah dengan menerapkan prokes,” pesannya.
Sementara dari Bogor, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker.
“Pesan Bapak Presiden itu harus kita laksanakan, tetap waspada, hati-hati. Di luar bisa buka masker, tapi begitu masuk di dalam, kita harus tetap pakai masker. Atau kalau di luar kerumunannya banyak, pakai masker,” terang Menkes Budi dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan Bogor, kemarin.
“Atau kita merasa badan kita tidak sehat atau ada yang kita lihat duduk atau berdiri di sebelah kita, walaupun di luar, batuk-batuk, kita tetap pakai masker,” sambung Menkes Budi.
Menkes menjelaskan, puncak kasus varian BA.4 dan BA.5 diprediksi terjadi pada Juli mendatang. “(Puncaknya) satu bulan sesudah diidentifikasi, jadi sekitar minggu ke-3-minggu 4 Juli, dan kemudian nanti akan turun kembali,” kata Budi.
Ia menegaskan, pemerintah akan terus memonitor ketat gelombang varian BA.4 dan BA.5. “Tetapi yang kita perlu lihat adalah bahwa fatality rate-nya atau kematiannya itu jauh lebih rendah, mungkin seperduabelas atau sepersepuluh dari varian Delta dan Omicron,” pungkasnya. (abd/jrl)