Tinggal Satu Kota Beda Kampus, Diperkenalkan lewat Teman

Tinggal Satu Kota Beda Kampus, Diperkenalkan lewat Teman
0 Komentar

“Setelah mualaf dan melihat keseriusan Tobias, keluarga kami setuju. Akad nikah sedianya dilakukan November tahun lalu, tapi diundur karena Corona dan baru sekarang (Sabtu 30/7),” ungkap Aiman.
Keluarga Tobias Nelle ini begitu ramah. Perbedaan budaya Jerman-Cirebon tak jadi penghalang yang berarti. Mas kawin yang diberikan berupa uang 200 euro atau sebesar Rp3 juta dan seperangkat alat salat. Ketika ijab kabul Tobias menggunakan bahasa Indonesia. Setelah, melalui beberapa kali percobaan sebelumnya. Dan lancar. Tanpa diulangi.
“Kami bertemu di acara pesta seorang teman. Dia datang bersama teman-temannya. Akhirnya kami mulai berbincang,” tutur Tobias kepada Radar Cirebon. Dia mengaku pertemuan tersebut terjadi begitu saja. Sekitar 3 tahun yang lalu, dan terjadi beberapa hari sebelum dirinya berulang tahun.
Tobias dan Iko bertukar kontak. Karena sering komunikasi, muncul ketertarikan. Kemudian setelah kenal dan berhubungan baik selama 3 tahun memutuskan untuk menikah.
Tobias mengaku, dalam waktu dekat akan bulan madu ke Bali. Lalu setelah itu akan tinggal di Jerman. Membangun keluarga di sana. Menurutnya, tradisi pernikahan di Indonesia berbeda dengan di Jerman.
Di Indonesia, katanya, dihadiri banyak orang dan memperlihatkan gotong royong masyarakat. Ini menjadi keunikan tersendiri yang belum pernah Tobias temui sebelumnya. ”Di Jerman pernikahan hanya dihadiri orang dekat. Hanya teman dekat dan keluarga,” kata Tobias.
Kemudian, kata dia, ritual pernikahan di negaranya tidak banyak menyentuh aspek religi. Berbeda dengan di Indonesia khususnya Cirebon, karena nuansa itu sangat kental. Dia juga mengaku terkesan dengan kehidupan masyarakat di Cirebon. Lingkungannya masih banyak yang hijau. Dan menariknya, rumah-rumah di sini dicat warna-warni. “Masyarakatnya saling membantu, bahkan memberi uang kepada orang yang mengatur lalu lintas,” imbuh dia.
Sejauh ini, Tobias mengaku, sangat menyukai sate ayam. Hanya saja, diakui bahwa cuaca di Cirebon memang cukup panas dan lembab. “Tapi saya masih bisa beradaptasi,” pungkasnya. (*)

Laman:

1 2 3
0 Komentar