Naiknya harga BBM tak membuat SPBU di Cirebon sepi peminat. Antrean pada stasiun jenis Pertalite masih saja terjadi. Sejak pagi hingga malam. Membuat petugas pengisian bekerja tanpa jeda.
ADE GUSTIANA, Cirebon
STASIUN Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Tegalsari, Kabupaten Cirebon, mencatat setiap plat nomor kendaraan yang akan mengisi BBM subsidi itu. Di SPBU lain, terutama di sepanjang ruas jalan Pantura, antrean panjang juga terjadi.
Pantauan Radar Cirebon, sejak kenaikan harga Pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10 ribu pada Sabtu (3/9) antrean kendaraan roda 2 atau 4 tak bisa dihindarkan. Baik di waktu berangkat kerja atau pulang kerja.
“Jarang istirahat, antreannya panjang terus sampai malam,” kata salah seorang petugas SPBU di Kabupaten Cirebon yang enggan menyebut nama, kemarin.
Seorang pengendara motor, Hakim, merasakan hal sama. Hampir di semua SPBU yang ia lewati, katanya, selalu terjadi antrean panjang. Karena itu, Hakim mengaku selalu mengisi penuh tangki kendaraan motor maticnya itu. “Biar ngga bolak-balik ke SPBU terus,” tukasnya kemarin.
Ya, gelombang penolakan kenaikan BBM ini terasa bahkan pasca pengumuman kenaikannya itu sendiri. Di Cirebon, berbagai aksi unjuk rasa dilakukan oleh semua elemen masyarakat. Dari mahasiswa hingga pengemudi ojek online.
Aksi demonstrai diilakukan di Kota dan Kabupaten Cirebon. “Kebijakan menaikkan harga BBM ini merupakan kebijakan politik yang tak waras,” kata Ketua HMI Cirebon Yasir Sutisna saat demo di Sumber.
Menurutnya, kebijakan itu harus direvisi karena menyengsarakan rakyat. “Menaikan harga BBM ini menyengsarakan. Kita semakin dipersulit. Padahal, ekonomi kita belum pulih benar,setelah pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Menurutnya, kebijakan menaikkan BBM, menjadi tanda tidak kreatifnya pemerintah. Seolah-olah, menaikkan harga BBM adalah solusi terakhir. Padahal, hasil kajian dari Cipayung Plus, banyak alternatif yang bisa dilakukan. Tanpa harus menaikkan harga BBM.
“Indonesia ini memiliki peluang besar dari sumber energi lainnya. Yakni batu bara dan juga minyak kelapa sawit,” tuturnya. Kedua energi itu, kata Yasir, harganya sedang naik. Harusnya bisa memberikan keuntungan besar bagi Indonesia. Sehingga bisa membantu APBN yang sedang terkuras untuk subsidi BBM.