Senyum Tulip

cacatan-dahlan-iskan
Bryan Kohberger memasuki ruangan sidang.
0 Komentar

Kalau dewan juri menyatakan Bryan bersalah, hakim tinggal memutuskan berapa hukumannya. Kalau juri menyatakan tidak bersalah, hakim membebaskannya.

Kalau sebelum sidang itu Bryan sudah menyatakan bersalah, maka kita sulit berharap mengetahui apa motif pembunuhan ini. Padahal  motif memainkan peran penting dalam urusan pidana. Mestinya tuduhan jaksa sudah menyertakan motif itu. Tapi belum terungkap ke publik.

Memang ada pengakuan saksi yang sangat menarik. Yakni dua mahasiswi yang tinggal di kamar lantai 1. Keduanyi selamat.

Baca Juga:Beda Jam Main di Vietnam, Ini Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia di Semifinal Leg Kedua Piala AFF 2022Anda Mau Jadi Petugas Haji 2023? Buruan Daftar, Batas Akhir 13 Januari

Sabtu malam itu mereka pesta. Pulang ke rumah kontrakan sudah Minggu dini hari. Tidak langsung tidur. Yang satu menghubungi mantan pacar. Lewat HP. Sampai lebih 10 kali. Tidak tersambung. Yang satu lagi menghubungi pacar. Beberapa kali. Juga tidak tersambung. Fakta ini menyelamatkan pacar dan mantan pacar itu dari tuduhan pembunuhan.

Sekitar pukul 03.00 salah satunyi tidak bisa tidur. Ia mendengar suara wanita dari kamar lantai 2. Berarti suara Xana Kernodle. “Di sini ada orang lain,” Begitu suara yang samar-samar dia dengar. Dia pun membuka pintu kamar. Gelap. Dia lantas mendengar suara laki-laki. “Ini semua ok. Saya akan menjagamu,” suara laki-laki itu. Juga samar-samar.

Dia tahu di kamar lantai 2 itu Xana tidur bersama pacarnyi: Ethan Chapin. Sama-sama 20 tahun.

Maka mahasiswi di kamar lantai 1 itu menutup pintu lagi. Mau tidur lagi.

Tapi dia tergagap lagi oleh suara seperti anjing yang lagi loncat-loncat. Dia buka pintu lagi. Dia kaget setengah mati. Dia berdiri beku. Dia lihat sesosok laki-laki berkelebat. Pakai pakaian gelap, pakai masker Covid, beralis tebal. Badannya atletik, tingginya sekitar 5,6 inci. Lelaki itu menuju pintu belakang. Ia keluar dari pintu geser di bagian belakang rumah.

Begitu kelebatan itu pergi, dia menutup pintu kamar lagi. Senyap. Tidak ada lagi suara mencurigakan. Dia pun tertidur. Bisa saja kelebatan tadi adalah teman dari teman-temannyi di lantai atas. Bukan urusannyi untuk ikut campur.

Lima mahasiswi itu memang teman karib. Tapi menghargai privasi masing-masing. Saling dukung. Mereka menyewa rumah secara patungan. Dua tinggal di lantai bawah. Satu lagi tinggal di lantai 2, Xana, yang kemudian tidur dengan pacarnyi itu. Dua lagi tinggal di lantai 3.

0 Komentar