Di mana RCTV memfasilitas para guru di Kota Cirebon untuk mengajar melalui siaran televisi. Murid di sekolah mengikuti. Layaknya belajar di sekolah, dimulai pukul 7 pagi dan berakhir pukul 4 sore.
“Ternyata media bisa berkontribusi kepada masyarakat di dunia pendidikan sekalipun,” tukasnya.
Kembali ke Radar Cirebon online, mulanya, bekerjasama dengan Anymind. Awalnya hanya bekerjasama dari sisi periklanan. Tapi seiring kebutuhan dan berkembang, Radar Cirebon resmi masuk ke Google News Initiative (GNI).
Baca Juga:Tentang Sejarah Kereta Api di Majalengka, Dulu Angkut Daun Jati untuk Pembungkus Nasi JamblangHarga Beras Naik, Warga Cirebon Kewalahan
Ada beberapa kendala dengan paltform digital yang dialami. Misalnya, tidak semua agency iklan mendukung demand partner solutions. Termasuk pemahaman SDM terhadap konten yang ads friendly.
Saat ini seluruh awak redaksi Radar Cirebon telah menerapkan Go Digital. Yang mempengaruhi perubahan sistem kerja redaksi, mulai wartawan, layout hingga redaktur.
Perubahan alur pengiriman hingga penayangan berita. Serta melakukan optimasi pada SDM redaksi. Ditambah masuknya SDM generasi Z ke redaksi.
“Generasi Z ini memberikan ide-ide segar yang mungkin sebelumnya tak terpikirkan oleh generasi kami yang memulai di media koran,” ujar Yuda.
Dari Google Indonesia, Yos Kusuma menerangkan seputar kolaborasi Google dan media masa di Indonesia. Kiprah di Indonesia yang dilakukan Google untuk Jurnalisme berkualitas.
Salah satu concern dari banyak stakeholder di media masa di Indonesia, kata Yos, yaitu maraknya misinformasi.
Untuk menjawab tantangan misinformasi tersebut, Google Indonesia menggabungkan antara teknologi yang dapat mendeteksi sinyal-sinyal tentang kemungkinan adanya misinformasi.
Baca Juga:Petani di Gegesik Terpuruk karena Banjir, Bingung Cari Pinjaman untuk Biaya Tanam UlangRp1,5 Miliar Renovasi Balai Desa Panguragan Kulon, Jamin Pelayanan Lebih Maksimal
Dan memberikan keputusan untuk mengatakan sebuah konten itu misinformasi atau bukan. “Tidak pada Google, karena Google sebuah platform,” jelasnya.
Yos menegaskan, Google tidak memiliki wewenang untuk menentukan kualitas ataupun akurasi dan sebuah konten.
“Kami menggabungkan teknologi sinyal-sinyal tersebut dengan keahlian rekan-rekan media yang ada di Cek Fakta, MAFINDO (masyarakat Anti Fitnah Indonesia) dan teman-teman di APSI,” bebernya.